kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI: Stabilitas sistem keuangan semester II-2019 terjaga di tengah ketidakpastian


Selasa, 28 April 2020 / 11:27 WIB
BI: Stabilitas sistem keuangan semester II-2019 terjaga di tengah ketidakpastian
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia selama semester II 2019 tetap terjaga, meski ketidakpastian global masih membayangi. Ketidakpastian global yang ada di sepanjang semester kedua tahun lalu antara lain penurunan globalisasi, meningkatnya risiko di pasar keuangan global, serta munculnya risiko-risiko baru yang belum dikenal sebelumnya (unknown risks).

"Terjaganya SSK tak lepas dari kuatnya ketahanan industri perbankan, terjaganya ketahanan korporasi dan rumah tangga, serta kuatnya sinergi kebijakan antara BI, pmerintah, dan otoritas terkait dalam menjaga momentum pertumbuhan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam laporan Kajian Stablitas Keuangan no. 34 yang dirilis Selasa (28/4).

Meski begitu, Perry juga melihat bahwa tekanan terhadap SSK berpotensi akan semakin meningkat, apalagi dengan semakin luasnya dampak pandemi Covid-19 seiring dengan persebarannya ke banyak negara termasuk Indonesia. Ini menjadi ancaman serius bagi stabilitas makrofinansial global dan domestik.

Baca Juga: Susahnya Memajaki E-commerce, Kini Konsensus Global Terancam Ditunda

Bank sentral melihat, dampak rambatan virus dari global ke domestik terutawa lewat jalur pariwisata, perdagangan terlebih ekspor, serta investasi. Oleh karenanya, Indonesia butuh upaya untuk memutus rantai penularan Covid-19.

Bukan berarti upaya pemutusan rantai penyebaran tak berisiko. Tetap ada risiko dalam upaya penyelamatan kesehatan tersebut, seperti menurunnya kegiatan produksi dan aktivitas ekonomi, dan memberikan tekanan lebih lanjut pada sistem keuangan domestik.

Untuk itu, BI mengaku akan semakin gigih untuk menghalau dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia dengan mengerahkan bauran kebijakan sebagai upaya mitigasi risiko penyebaran virus, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Sri Mulyani rilis aturan bank gagal, pengamat: Jelas pemerintah ingin bailout

Salah satu hal yang telah dilakukan bank sentral dalam melakukan tindakan antisipasi dalam menjaga SSK di tengah dampak pandemi tersebut adalah dengan menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) no. 1 tahun 2020.

"Kewenangan ini ditempuh lewat komitmen sinergi dan koordinasi yang erat dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai langkah kebijakan nasional," tuturnya.

Lebih lanjut, Perry juga melihat adanya angin segar bagi perekonomian global dan domestik setelah berakhirnya Covid-19 ini. Perekonomian global diperkirakan bisa kembali perkasa di tahun depan. Ini tentunya akan mendorong kinerja korporasi dan rumah tangga kembali berada di fase perbaikan.

"Kami juga memperkirakan hal ini akan mendorong pertumbuhan kredit di kisaran 9%-11% serta dana pihak ketiga (DPK) di kisaran 8%-10%," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×