kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Meski ada ketidakpastian global, BI: Rupiah perkasa sepanjang semester II-2019 lalu


Selasa, 28 April 2020 / 14:28 WIB
Meski ada ketidakpastian global, BI: Rupiah perkasa sepanjang semester II-2019 lalu
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang rupiah masih perkasa di semester II-2019, meski banyak negara berkembang mengalami pelemahan nilai tukar dengan volatilitas yang tinggi. 

"Indonesia bersama dengan Filipina dan Thailand merupakan negara yang pada semester II-2019 yang mengalami penguatan nilai tukar dengan volatilitas yang tetap terjaga seiring dengan prospek ekonomi yang lebih baik dan imbal hasil yang lebih tinggi," jelas Bank Indonesia (BI) dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan no. 34 edisi Maret 2020. 

Hal ini juga terlihat dari indeks rata-rata nilai tukar ketiga negara tersebut yang memang lebih tinggi daripada negara-negara lain. Baht Thailand tercatat memiliki rata-rata indeks sebesar 4,1. Menyusul peso Filipina yang sebesar 1,8, serta rupiah Indonesia yang sebesar 0,8. 

Baca Juga: Rupiah di pasar spot lanjut melemah pada perdagangan menjelang siang hari ini

Demikian halnya dengan indeks volatilitas nilai tukar yang lebih rendah daripada negara-negara lain, yaitu baht Thailand sebesar 5,4%, rupiah Indonesia sebesar 6,3%, dan peso Filipina sebesar 6,4%. Inipun lebih rendah dari rata-rata volatilitas nilai tukar negara berkembang yang sebesar 10,10%.

Bank sentral juga memberi contoh beberapa negara yang mengalami pelemahan nilai tukar terbesar dengan volatilitas tertinggi di sepanjang paruh kedua tahun lalu, yaitu Turki, Brazil, dan Afrika Selatan.  

Indeks rata-rata nilai tukar Lira Turki tercatat sebesar -14,4. Sementara di posisi kedua ada rand Afrika Selatan dengan indeks rerata -8,1 dan lalu menyusul real Brazil dengan indeks rata-rata sebesar -7,3.

Volatilitas nilai tukar ketiga negara tersebut juga tercatat yang paling tinggi dan di atas rata-rata volaitilias negara-negara berkembang. Rand Afrika Selatan mencatat indeks volatilitas sebesar 18,1%, disusul dengan Real Brazil dengan indeks volatilitas sebesar 17,0%, dan Lira Turki menorehkan indeks sebesar 16,0%.

Baca Juga: Adrian Panggabean: Di kondisi krisis, forecast tidak bisa dengan cara biasa

Ke depan, bank sentral mengaku akan mengarahkan desain kebijakan untuk tetap menjaga nilai tukar rupiah dengan menjaga level imbal hasil yang menarik, menjaga sentimen positif akan kredibilitas kebijakan, dan bekerjasama dengan pemerintah untuk menarik arus modal asing ke jangka waktu yang lebih panjang dan ke arah pembiayaan sektor yang lebih produktif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×