Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah isu temuan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada produk seafood Indonesia, kinerja ekspor udang mencatatkan lonjakan signifikan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan, nilai ekspor udang hingga kuartal III 2025 tumbuh 16,3% secara tahunan (year on year/yoy).
Direktur Pemberdayaan Usaha Pemasaran dan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Catur Sarwanto, mengungkapkan udang masih menjadi komoditas penyumbang devisa terbesar dari sektor perikanan.
Dia menyebut, total nilai ekspor udang pada periode Januari hingga September 2025 telah mencapai US$ 1.397,23 juta.
"Udang masih terjadi peningkatan (ekspor) sampai dengan September. Ini menunjukkan bahwa terkait kondisi yang ada, kita dapat memulihkan kondisi dengan cepat, yang dibuktikan dengan peningkatan ekspor sampai triwulan III," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Baca Juga: BPS Catat 152,32 Ton Udang yang Diekspor Ke AS Dikembalikan Pada September 2025
KKP mencatat, Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama udang Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 63,1% dari total ekspor udang nasional.
Adapun ekspor udang ke Negeri Paman Sam tumbuh 16,3% (YoY) per September 2025. Bahkan, ekspor udang pada September 2025 saja tercatat tumbuh 16,6% dibandingkan bulan Agustus 2025.
Sebagai komoditas ekspor andalan, udang unggul jauh di atas komoditas lain, di mana Tuna Cakalang Tongkol (TCT) sebesar US$ 763,51 juta, Cumi Sotong Gurita sebesar US$ 574,75 juta, Rajungan dan Kepiting sebesar US$ 377,65 juta dan Rumput Laut sebesar US$ 233,86 juta.
Dari sisi hulu, KKP mengawal penuh proses produksi udang untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan. Direktur Ikan Air Payau Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Fernando Jongguran Simanjuntak menuturkan pengawalan mutu dilakukan melalui penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) secara intensif.
Baca Juga: KKP Telusuri Ekspor Udang ke AS yang Diduga Tercemar Radioaktif
"Kami mengintensifkan kegiatan-kegitan di tengah-tengah petambak, yaitu CBIB sehingga ada jaminan mutu terhadap produk udang yang dihasilkan. Bukan hanya mutu, tapi juga jaminan keamanan pangan, dan lingkungan," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono memastikan temuan Cs-137 pada Juli 2025 merupakan kasus lokal dan spesifik, bukan berasal dari tambak atau sistem budidaya.
Meskipun nilai deteksi jauh di bawah ambang batas intervensi FDA (1.200 Bq/kg), KKP mengambil langkah zero compromise melalui data, sains, dan kontrol resmi yang ketat untuk meyakinkan pasar global.
Baca Juga: Udang Indonesia Kembali Tembus Pasar AS Setelah Lolos Uji Radioaktif
Selanjutnya: Kemenkeu Terbitkan Rencana Strategis 5 Tahun, Ekonomi Ditargetkan Tumbuh 8% di 2029
Menarik Dibaca: Oppo Find X8 Pro Membawa Dolby Vision dan Kecerahan Mencapai 4500 nit, Cek di sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













