Reporter: Hans Henricus | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Setelah insiden meninggalnya seorang tunanetra, acara silaturahmi di istana negara ternyata menyimpan cerita tak sedap lainnya. Pembagian amplop dari istana usai silaturahmi dengan Presiden ternyata tidak dilakukan dengan merata. Beberapa penyandang cacat yang didominasi penyandang tunanetra pun mengaku merasa kecewa.
Salah satunya Zul Hasan, penyandang tuna netra asal Ciawi, Bogor. Dia mengaku bersama 17 orang temannya menyewa 2 angkot dari Ciawi demi bersilaturahmi dengan Presiden. Menurutnya kedatangan mereka ke Istana lantaran mendapat informasi dari teman-teman sesama tuna netra bahwa ada pembagian duit di Istana. Sayangnya, dari 18 orang yang antre, hanya 4 orang mendapat amplop berisi dana tunai sebesar Rp 100 ribu.
Lain lagi kisah Parni, seorang ibu asal Cilebut, Bogor. Parni memang tidak menyandang tuna netra tapi lantaran ada kabar pembagian dana segar senilai Rp 300 ribu di Istana yang dibacanya dari harian Ibukota, ibu 1 anak ini nekat memboyong 10 orang tuna netra yang diakui sebagai tetangganya.
Nasib malang menimpa Parni dan 10 orang rekan tuna netranya itu. Bukan cuma tidak bisa bersalaman dengan Presiden dan Ibu Negara, mereka terpaksa gigit jari lantaran tidak mendapat amplop. "Ngantri lama, enggak dapat apa-apa, gimana mau bayar ongkos pulang," keluh Parni sambil mengacungkan-acungkan lembaran Rp 1.000.
Pasalnya, tepat pukul 17.00 pengawal istana menghentikan antrean masyarakat untuk bersilaturahmi padahal masih ada banyak masyarakat di dalam tenda samping istana negara yang masih mengantre.
Memang ada juga beberapa yang nasibnya berbeda, pasangan suami istri tuna netra, Thamrin Zulkarnaen dan Nikmah misalnya. Mereka merasa bernasib mujur karena selain bisa bersalaman dengan Presiden dan Ibu Negara, mereka masing-masing mendapat amplop berisi uang Rp 100 ribu dan kotak berisi makanan ringan dan air mineral.
Thamrin menceritakan lebaran tahun ini adalah yang ketiga kalinya bersama istri ke Istana. "Alhamdullilah, sudah 3 kali pingin salam-salaman aja sama Pak SBY," ungkapnya.
Tapi menurut Thamrin, dana yang diterimanya tahun ini sebenarnya lebih kecil dari tahun 2009 lalu sebesar Rp 250 ribu. Walau isi amplop menciut Thamrin dan Istrinya tetap sumringah . "Pulang naik bajai ke Tanah Abang, terus naik kereta ke Ciputat ," katanya sambil berlalu.
Lalu, bagaimana tanggapan istana mengenai tidak meratanya pembagian dana tunai itu? Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha mengaku belum mendapat laporan soal pembagian dana itu. "Saya sendiri belum tahu, bisa saja itu benar kalau teman-teman memang sudah wawancara," kata Julian kepada wartawan yang menghubunginya di ruang wartawan Istana.
Kalaupun ada pembagian itu, kata Julian, hal tersebut merupakan bentuk simpati Presiden kepada penyandang cacat. "Tapi, tidak pernah dipublikasikan kalau akan diberikan, jumlahnya dan besarnya," kata Julian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News