Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja penjualan eceran berpotensi tertekan. Terutama, sektor-sektor selain makanan dan minuman. Ini sejalan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan turut mengerek harga barang lainnya.
Pada Agustus lalu, kinerja penjualan eceran memang terindikasi menguat. Hal initercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) sebesar 202,8, naik 1,3% dibanding bulan sebelumnya.
Bahkan, indeks ini tumbuh 5,4% secara tahunan atau year on year (yoy).
Secara bulanan, kinerja penjualan eceran membaik setelah sebelumnya mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.
Baca Juga: Penjualan Eceran Tumbuh 5,4% di Agustus 2022, BI Perkirakan Pertumbuhan Berlanjut
Menurut Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, perbaikan ini terutama didorong oleh peningkatan penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok suku cadang dan aksesori.
Sementara secara tahunan, kinerja penjualan eceran tercatat tumbuh melambat. Sebab, bulan sebelumnya, IPR justru tumbuh 6,2% yoy.
Secara keseluruhan, IPR pada kuartal III-2022 diperkirakan tumbuh 5,8% yoy. Pertumbuhannya lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 5,2% yoy. Terutama, didorong oleh kelompok sandang, bahan bakar kendaraan bermotor, serta suku cadang dan aksesori.
Meski demikian, responden memperkirakan, IPR Oktober 2022 dan Januari 2023 akan menurun. "Secara spasial, penurunan penjualan eceran terjadi di Kota Jakarta, Surabaya, dan Makassar," ungkap Erwin, Jumat (9/9).
Baca Juga: Dampak Kenaikan BBM, Masyarakat Akan Lebih Memprioritaskan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Kemungkinan besar, penyebabnya adalah dampak dari kenaikan harga Pertalite, Solar bersubsidi, dan Pertamax awal bulan ini. Sebab, responden juga memproyeksikan, ada peningkatan tekanan inflasi Januari tahun depan.
Harga naik di Oktober
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, peningkatan kinerja penjualan eceran pada Agustus 2022 lantaran ada Hari Belanja Diskon (HBD).
Makanya, penjualan ritel bulan lalu berdasarkan survei bank sentral menunjukkan kinerja yang positif.
Kenaikan harga BBM, Budi menyebutkan, baru akan berdampak terhadap harga produk pasar modern pada Oktober. Karena itu, peritel berharap, pemerintah bisa meningkatkan efisiensi logistik dan transportasi, sekaligus menekan biaya tinggi seperti pengurusan perizinan.
"Sehingga, parameter biaya lain tidak ikut naik," katanya.
Direktur Celios Bhima Yudhistira menilai, perkembangan penjualan eceran cukup menarik lantaran ada perubahan tren. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan harga BBM direspons dengan penurunan penjualan sparepart otomotif, elektronik, serta perlengkapan rumahtangga.
Baca Juga: Dampak Kenaikan BBM, Masyarakat Akan Lebih Memprioritaskan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Bhima memperkirakan, perubahan tren tersebut masih akan berlanjut sejalan dengan ekspektasi inflasi yang meningkat di sektor transportasi. Di sisi lain, tren penjualan pakaian jadi yang mulai menunjukkan pemulihan hingga Juli 2022 lalu bisa kembali mengalami kontraksi.
"Masyarakat akan mengurangi pembelian baju baru karena penghasilan yang ada akan disisihkan lebih besar untuk biaya transportasi atau pembelian BBM," tegasnya.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, kinerja penjualan eceran pada Agustus tidak terlepas dari inflasi yang merangkak naik ke level yang lebih tinggi. Ini menandakan, masyarakat mulai fokus melakukan pengeluaran untuk barang-barang kebutuhan primer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News