Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja manufaktur Indonesia mengalami pelemahan pada Mei 2024. Ini terlihat dari Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada di level 52,1. Angka ini turun 0,8 poin jika dibandingkan dengan capaian April 2024 yang berada di level 52,9.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa penurunan pada periode tersebut dikarenakan aktivitas perekonomian pada Mei 2024 tidak sebesar jika dibandingkan dengan aktivitas di April 2024.
Hal ini dikarenakan pada April 2024 terdapat banyak momentum ekonomi seperti lebaran. "Kalau kita perhatikan juga libur lebaran ikut mendorong aktivitas perekonomian dari kegiatan mudik yang dilakukan oleh masyarakat," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Senin (6/3).
Baca Juga: Kinerja Manufaktur Indonesia Merosot, Ini Biang Keroknya
Yusuf bilang, pada Mei 2024, aktivitas perekonomian Indonesia relatif cooling down. Selain itu, kondisi perekonomian global juga relatif fluktuatif sehingga ini yang kemudian menekan permintaan ekspor terutama untuk produk manufaktur Indonesia.
Namun, dirinya memperkirakan prospek manufaktur ke depan akan dipengaruhi oleh seberapa mampu pemerintah dalam menjaga inflasi, mengingat indikator ini akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
"Dan pola konsumsi juga akan ikut mempengaruhi perspektif pelaku usaha dalam menilai kondisi perekonomian yang ditangkap di indeks PMI," kata Yusuf.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan bahwa penurunan PMI Manufaktur pada Mei 2024 juga disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Tertekan Biaya Tinggi, PMI Manufaktur Indonesia Merosot ke Level 52,1
Hal ini dikarenakan banyaknya hari libur tidak diikuti dengan spending, khususnya di produk makanan dan minuman (mamin). "Tapi saya lihat di mamin juga libur saja, tidak terlalu banyak spending," kata Fajar.
Selain itu, pasar domestik yang dibanjiri barang impor usai revisi Permendag juga menjadi penyebanya lantaran tidak diikuti dengan peningkatan demand. Dirinya khawatir kondisi tersebut akan membuat PMI Manufaktur Indonesia terus merosot hingga akhir tahun nanti.
"Ini yang akan kita khawatirkan sampai di akhir tahun ini. Kalau impor barang jadi itu tidak segera diatur atau dilepas seperti semula ya PMI-nya akan terus turun," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News