kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kinerja APBN 2020 sulit capai target, Menkeu akan segera bahas dengan DPR


Rabu, 18 Maret 2020 / 19:23 WIB
Kinerja APBN 2020 sulit capai target, Menkeu akan segera bahas dengan DPR
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada perekonomian global maupun domestik datang dari berbagai sisi dan bertubi-tubi. Belum sempat perekonomian bangkit dari perlambatan sejak tahun lalu, kini risiko baru datang dari wabah virus corona (Covid-19) dan jatuhnya harga minyak mentah dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui, seluruh peristiwa yang terjadi sejak awal tahun menjadi tantangan berat bagi kinerja perekonomian maupun anggaran negara.

"Ini adalah suatu fenomena yang perlu kita pelajari dan kita monitor secara sangat intens agar bisa memitigasi dampak negatifnya,” tutur Sri Mulyani, Rabu (18/3).

Baca Juga: Sri Mulyani: Asumsi makroekonomi APBN 2020 akan alami perubahan signifikan

Tekanan perekonomian tercermin dari realisasi penerimaan perpajakan yang hingga Februari 2020 hanya tumbuh 0,3% yoy atau sebesar Rp 178 triliun dari target Rp 1.865,7 triliun. Padahal periode yang sama tahun lalu, penerimaan perpajakan tumbuh 10,1% yoy.

Sebab, penerimaan pajak dalam negeri terkontraksi 5% atau baru mencapai Rp 152,9 triliun dari target Rp 1.642,6 triliun. Berbanding terbalik dengan pertumbuhan penerimaan pajak periode sama tahun lalu yang sebesar 4,7% yoy.

Sri Mulyani pun telah memastikan, defisit APBN 2020 akan lebih lebar dari target awal 1,76% terhadap PDB menjadi 2,5% terhadap PDB. Ini sebagai dampak dari prospek penerimaan yang tertekan ditambah dengan belanja pemerintah pusat yang tidak akan dikurangi.

Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi yang pada tahun ini awalnya ditargetkan mampu mencapai 5,3%. Namun untuk kuartal pertama saja, pemerintah cenderung pesimistis dan memproyeksikan ekonomi hanya tumbuh pada rentang 4,5%-4,9% yoy.

Merebaknya Covid-19 dan jatuhnya harga minyak mentah dunia juga membuat sejumlah indikator makroekonomi lainnya dalam APBN meleset dari asumsi.

Dengan segala situasi tersebut, Sri Mulyani mengakui pihaknya akan segera menemui DPR untuk membahas keberlanjutan APBN 2020, terutama membahas perubahan-perubahan yang terjadi dan berdampak pada kinerja anggaran negara tersebut.

“Soal perubahan asumsi makro, perubahan perekonomian kita dengan adanya Covid-19, turunnya harga minyak, dan melemahnya nilai tukar, kita akan berkomunikasi dengan DPR beserta pimpinannya, juga dengan Badan Anggaran dan Komisi XI. Kami sudah bicara informal tapi belum secara langsung karena kan mereka sedang reses sekarang,” tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Ada corona, Sri Mulyani proyeksi pertumbuhan ekonomi 4,5%-4,9% di kuartal I 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×