kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.605.000   16.000   0,62%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Ketidakpastian ekonomi global mengancam


Senin, 27 Juni 2016 / 11:00 WIB
Ketidakpastian ekonomi global mengancam


Reporter: Andy Dwijayanto, Handoyo, Muhammad Yazid, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia dan anjloknya harga komoditas, perekonomian dunia kembali tersengat hasil referendum Inggris yang memilih keluar dari Zona Uni Eropa. Hasil referendum itu tak pelak menimbulkan ketidakpastian baru.

Pasar keuangan menjadi bakal menjadi lebih spekulatif sehingga mengganggu stabilitas pasar keuangan dunia. Investasi di sektor riil diprediksi akan melambat. Ujungnya, ada potensi perlambatan ekonomi dunia lebih parah.

Gejolak pasar ini juga akan menguatkan mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Walhasil Indonesia juga akan terkena imbasnya, depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar akan terjadi. Skenario akan semakin buruk jika kemudian langkah Inggris ini juga diikuti oleh negara-negara Uni Eropa yang lain.

"Kalau semakin banyak negara yang keluar, akan semakin banyak menimbulkan ketidakpastian. Apalagi Inggris adalah pusat kapitalisme dunia," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, Minggu (26/6).

Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menilai, dalam jangka pendek, pergerakan arus modal akan lari ke negara-negara safe haven seperti Jepang dan AS. Indonesia berpeluang menikmati arus modal di pasar obligasi.

"Daripada ke Brasil dan Rusia, Indonesia jadi pilihan karena yield obligasi masih menarik," kata Dendi.

Jangka menengah, dalam rentang satu kuartal atau semester, dampaknya kepada penurunan ekonomi global semakin besar. Dampak ke Indonesia akan dirasakan secara tidak langsung (indirect impact) melalui China, AS, dan Jepang yang ekonominya masih lesu.

Awal Juni lalu, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,9% menjadi 2,4% pada tahun ini akibat perlambatan ekonomi di negara maju. Perlu dicatat, proyeksi ini belum memperhitungkan hasil referendum Inggris.

Pemerintah kini perlu bekerja lebih cepat untuk memperkuat ekonomi domestik. Pemerintah sementara harus inward looking dengan meningkatkan konsumsi domestik, meningkatkan daya beli dan produksi dalam negeri. Selain itu segera menyelesaikan paket kebijakan yang telah mencapai selusin.

Wakil Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Chris Kanter melihat, efek Brexit dapat memicu negara lain memutuskan kebijakan serupa, seperti Prancis, Jerman, Belanda, dan Italia. Kini dunia usaha makin berhati-hati melebarkan sayap ke Inggris dan Uni Eropa.

"Dunia akan mengencangkan ikat pinggang, sehingga akan ada dampak impor dan ekspor," kata Chris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×