kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kepentingan politik akan cairkan hubungan SBY-Mega


Rabu, 30 April 2014 / 21:49 WIB
Kepentingan politik akan cairkan hubungan SBY-Mega
ILUSTRASI. Cara mengubah video MP4 menjadi GIF.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengamat politik Heri Budianto menilai, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memang tengah melakukan sejumlah upaya untuk mencairkan hubungannya dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ia mengatakan, hubungan keduanya bisa saja membaik jika ada kepentingan politik yang mempertemukannya.

"Bisa saja. Segala macam masa lalu bisa saja mencair, tergantung kepentingan politik," ujar Heri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (30/4/2014).

Menurut Heri, apa apun bisa terjadi dalam politik. Dalam konteks hubungan SBY-Megawati, kunci ada di tangan presiden kelima RI itu. Seperti diketahui, hubungan SBY-Megawati dingin dalam 10 tahun terakhir.

"Saya rasa kembali pada Mega, bagaimana sikap Mega menyikapi itu," ujarnya.

Menurutnya, PDI-P perlu dukungan parlemen yang cukup besar untuk menjalankan pemerintahan jika bakal calon presidennya, Joko Widodo, memenangi Pemilihan Presiden. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, Demokrat diprediksi memeroleh 10 persen . suara. Perolehan kursi Demokrat di parlemen diyakininya bisa memperkuat dukungan.

"Artinya itu juga bisa jadi amunisi untuk mem-back up pemerintahan," ujar Heri.

Secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens menilai, pendekatan yang dilakukan SBY karena ia tak mau dijadikan musuh setelah lengser dari kursi presiden.

"SBY takut jadi musuh terus selama PDI-P berkuasa nanti kalau Jokowi menang," ujar Boni.

Menurut Boni, Megawati menganggap pendekatan SBY sekadar formalitas semata menjelang
pemilihan presiden. "Mega tahu kalau itu pura-pura. Hanya post-power syndrome dini," kata Boni. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×