kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: Demokrat dan PDIP belum bisa bersatu


Selasa, 29 April 2014 / 17:11 WIB
Pengamat: Demokrat dan PDIP belum bisa bersatu
ILUSTRASI. Harga Promo Hypermart Weekdays 6-8 Desember 2022.


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Isu membaiknya hubungan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyoni (SBY) masih menjadi spekulasi banyak kalangan. Rumor adanya potensi berkoalisinya PDIP dan Partai Demokrat pun mulai berembus.

Menurut pengamat politik Universitas Indonesia, Effendi Gozali, potensi bersatunya PDIP dan Demokrat rasa-rasanya belum akan terwujud.

"Karena menurut saya, Ibu Mega itu orang yang teguh prinsipnya," ungkap Effendi kepada KONTAN, Selasa (29/4).

Kedua, Effendi ingat, ada lima pertanyaan yang ditanyakan Mega dititipkan kepada Panda Nababan untuk SBY.

Satu diantara lima pertanyaan itu yang diingat Effendi adalah pada saat sidang cabinet. Mega menanyakan kepada menteri-menterinya siapa yang akan mencalonkan diri dan maju sebagai presiden. Sewaktu itu yang menjawab hanya Yusril Ihza Mahendra dan Hamzah Haz.

"SBY kala itu mengatakan tidak maju, tetapi pada akhirnya dia maju. Hal seperti itu sesungguhnya saya rasa begitu membekas di hati Ibu Mega. Mungkin pembinaan relasi yang baik antarkeduanya ini hanya sebatas membina komunikasi politik yang baik," paparnya.

Tak hanya itu, Effendi juga memandang, adanya peluang perbaikan relasi itu untuk mensinergikan keharmonisan dalam parlemen antara PDIP dan Demokrat. Atau, juga adanya perhitungan diskusi penyertaan menteri dalam kabinet Joko Widodo (Jokowi), seandainya bakal calon presiden dari PDIP itu terpilih menjadi Presiden selanjutnya.

"Saya rasa memang ada usaha mensinergikan parlemen. Tetapi, umumnya koalisi tentu juga penyertaan menteri. Mungkin Demokrat berupaya mengambil celah di kabinet Jokowi, menyisipkan menterinya seandainya Jokowi menang tahun ini. Hal ini mengingat Jokowi sudah menyatakan tidak akan terlalu mempertimbangkan latar belakang partai dalam kabinetnya, tetapi lebih kepada kapasitas individu yang ditunjuknya," kata Effendi.

Belum adanya koalisi antara PDIP dan Demokrat juga diperkuat dengan kukuhnya Demokrat melanjutkan konvensi untuk mengajukan capresnya sendiri.

Padahal, menurut Effendi, Demokrat lebih berpeluang besar untuk berkoalisi dengan dua partai pemenang lain, yakni Partai Golkar dan Partai Gerindra.

"Di sisi lain, kita harus mencatat bahwa bisa juga Demokrat tidak berkoalisi atau juga tidak membentuk poros baru. Mereka bisa berkoalisi dengan Gerindra dan Golkar, ya, itu pun kembali lagi, kalau mereka tidak membentuk poros baru," tutup Effendi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×