kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kepemilikan asing di SBN susut, tapi belum jadi kabar baik


Kamis, 13 September 2018 / 20:04 WIB
Kepemilikan asing di SBN susut, tapi belum jadi kabar baik
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus menyusut. Ketergantungan terhadap asing bisa jadi berkurang. Tapi hal itu juga menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.

Dari data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), porsi kepemilikan asing di SBN per 12 September 2018 susut menjadi 36,81%. Sepanjang 2018, asing sempat mencatatkan posisi tertinggi, yaitu pada 25 Januari 2018 sebesar 41,52%.

Sayangnya, penurunan itu belum diimbangi oleh investor domestik. Misalnya, porsi individu di SBN memang naik, tapi sangat tipis. Yaitu, dari 2,68% pada 25 Januari 2018 menjadi 2,82% pada 12 September lalu.

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, keluarnya asing dari pasar SBN domestik saat ini, bukan prestasi karena lebih disebabkan oleh kekhawatiran mereka terhadap gejolak ekonomi negara berkembang. Termasuk Indonesia.

"Proyeksi kenaikan Fed Fund Rate, krisis Turki dan Argentina hingga perang dagang membuat investor menjauhi aset negara berkembang dan memilih aset yang lebih aman," katanya kepada KONTAN, Kamis (13/9).

Hal itu tampak dari imbal hasil (yield) SBN acuan tenor 10 tahun telah menembus level 8,75% pada Rabu (12/9) lalu. Bhima memperkirakan, kenaikan yield masih akan berlanjut, setidaknya hingga akhir tahun sejalan dengan kondisi eksternal dan pergerakan yield US Treasury Bond.

Menurutnya, keluarnya asing yang tepat yaitu ketika kondisi ekonomi normal dan investor domestik berburu SBN. "Itu adalah shifting kepemilikan yang ideal," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×