kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

Kenaikan optimisme konsumen karena musimnya


Rabu, 06 Juni 2018 / 22:56 WIB
Kenaikan optimisme konsumen karena musimnya
ILUSTRASI. Penjualan minuman kemasan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki musim puasa dan menjelang lebaran, optimisme konsumen kembali meningkat di bulan Mei tahun ini. Sebab, hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2018 naik 2,9 poin ke level 125,1.

Kenaikan itu didorong oleh sejumlah faktor pendukungnya, terutama oleh indeks penghasilan dan indeks pembelian barang tahan lama. Sayangnya, indeks lapangan kerja dan ekspektasinya serta indeks ekspektasi kegiatan dunia usaha kompak menurun.

Sejalan dengan peningkatan optimisme konsumen, porsi penghasilan konsumen yang digunakan untuk tabungan menurun. Sementara porsi penghasilan kosumen yang digunakan untuk pembayaran cicilan dan konsumsi naik, tapi tipis.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kenaikan optimisme konsumen di Mei tahun ini sejalan dengan pola musimannya, yaitu naik ramadan dan menjelang lebaran. Apalagi dengan adanya pemberian THR.

Setelah periode tersebut, komponen penghasilan kembali ke kondisi normal dan kegiatan usaha melambat lantaran momentumnya sudah lewat. "Jadi memang ini siklus. Tapi kalau kegiatan pemerintah menguat di semester kedua, mungkin bisa mengembalikan optimisme konsumen terkait dunia usaha," kata Lana kepada Kontan.co.id, Rabu (6/6).

Lana melanjutkan, di periode ramadan dan menjelang lebaran pula, konsumsi masyarakat biasanya meningkat. Namun, jika kenaikannya tipis, bisa jadi hal itu disebabkan oleh dua hal.

Pertama, harga-harga yang mengalami kenaikan sehingga porsi belanja masyarakat tidak besar. Kedua, kenaikan penghasilan masyarakat tidak sebesar kebutuhan konsumsinya sehingga masyarakat masih harus menahan.

Yang jelas menurut Lana, kuartal kedua merupakan siklus terbaik konsumsi rumah tangga. Jika konsumen bisa diyakinkan, maka konsumsi rumah tangga bisa mencatat pertumbuhan tertinggi di kuartal kedua ini dibanding kuartal lainnya sepanjang 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×