Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan Credit Default Swap (CDS) di Indonesia dapat memicu proyeksi imbal hasil utang pemerintah yang lebih tinggi, yang mencerminkan meningkatnya risiko bagi para investor.
Eko Listiyanto, Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), memproyeksikan bahwa rata-rata yield obligasi pemerintah dapat mencapai 7,5%.
Kenaikan ini menandakan bahwa investor kemungkinan akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi sebagai bentuk kompensasi atas risiko yang meningkat.
Baca Juga: Analis Beberkan Penyebab Meningkatnya Risiko Investasi (CDS) Indonesia
“Implikasinya, utang pemerintah akan semakin berbunga mahal,” ujar Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (23/3).
Hal ini perlu menjadi perhatian, terutama dengan kemungkinan defisit anggaran yang dapat meluas pada tahun 2025, yang berpotensi menambah beban fiskal negara.
Baca Juga: Premi Risiko Investasi (CDS) Naik, Hati-Hati Rupiah Anjlok hingga Bunga Utang Bengkak
Dampak dari krisis ekonomi yang melanda Turki, yang berpotensi mempengaruhi kondisi di Indonesia, mengingat adanya kesamaan dalam struktur ekonomi kedua negara ini.
Kenaikan CDS dan ketidakpastian kondisi global menambah tantangan bagi pemerintah dalam mengelola utang serta menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Baca Juga: CDS Tenor 5 Tahun Kembali Naikdi Awal Februari, Simak Katalis yang Membebani
Selanjutnya: Promo Beli Motor Listrik, Yadea Tawarkan Green E-mobility Fund
Menarik Dibaca: Komunitas Kampus Saham Gencar Edukasi Investasi Saham Bertanggungjawab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News