kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.545   -82,00   -0,50%
  • IDX 6.284   61,08   0,98%
  • KOMPAS100 899   2,53   0,28%
  • LQ45 709   0,42   0,06%
  • ISSI 197   3,23   1,66%
  • IDX30 371   0,39   0,11%
  • IDXHIDIV20 445   0,97   0,22%
  • IDX80 103   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 107   0,21   0,20%
  • IDXQ30 121   0,25   0,21%

Premi Risiko Investasi (CDS) Naik, Hati-Hati Rupiah Anjlok hingga Bunga Utang Bengkak


Selasa, 18 Maret 2025 / 20:07 WIB
Premi Risiko Investasi (CDS) Naik, Hati-Hati Rupiah Anjlok hingga Bunga Utang Bengkak
ILUSTRASI. Tingkat premi risiko investasi(credit default swap) Indonesia untuk tenor 5 tahun masih cenderung tinggi.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat premi risiko investasi Indonesia untuk tenor 5 tahun masih cenderung tinggi. Hal ini menjadi sinyal bahwa investor memandang adanya risiko dari pasar keuangan Indonesia.

Berdasarkan World Government Bonds, credit default swap (CDS) 5 tahun  bahkan telah naik ke level 82,87 per Selasa, 18 Maret 2025, naik 4,0% dalam sepekan, sehingga mengakumulasi kenaikan 16,71% dalam sebulan.

Merespons kondisi ini, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengatakan kenaikan angka CDS Indonesia tersebut mengalami peningkatan sehubungan juga dengan indeks saham hari ini yang menurun tajam mencapai 6%.

Baca Juga: CDS Tenor 5 Tahun Kembali Naikdi Awal Februari, Simak Katalis yang Membebani

"Angka CDs Indonesia hari ini sekitar 83 naik dari 69 di pertengahan bulan lalu. Level CDs 83 masih sangat terkendali. Dulu kita pernah mencapai di atas 150," ungkap Edi kepada Kontan, Selasa (18/3).

Di sisi lain, para ekonom dan pengamat pasar modal menilai, naiknya Persepsi risiko investasi (CDS) Indonesia pastinya akan berefek pada semakin tertekannya rupiah hingga bunga surat utang negara yang membengkak.

Ekonom sekaligus Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menyampaikan, dengan kondisi ini akan sulit untuk membuat rupiah menguat dalam waktu dekat.

"Iya, rupiah semakin tertekan. Itu juga akan menjadi tekanan terhadap APBN kita karena bunga utang yang terus naik," ungkap Budi kepada Kontan, Selasa (18/3).

Menurut Budi, meningkatnya persepsi risiko berinvestasi di Indonesia tersebut dikarenakan langkah dan kebijakan Pemerintah. Ia menyarankan agar Pemerintah tidak terlalu ambisius dengan proyek-proyek yang kurang realistis dan juga memberatkan beban fiskal.

Sementara itu Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin juga menyampaikan, dengan kondisi naiknya tingkat Premi CDS Indonesia, suku bunga utang baik utang luar negeri dan utang dalam negeri Indonesia juga akan terdampak.

Baca Juga: Persepsi Risiko Investasi (CDS) Indonesia Kembali Naik, Ini Sentimen yang Menyeretnya

Menurutnya, untuk mengantisipasi hal tersebut, Bank Indonesia harus menjaga independensinya serta hati-hati dalam menerbitkan produk seperti SRBI. BI juga perlu berjanji akan membeli SBN Perumahan di pasar sekunder.

Di lain sisi, pemerintah juga perlu segera menyusun rencana yang realistis, kongkret, dan koheren dengan basis teknokrasi yang solid.

"Saat ini pelaku usaha dan investor masih belum yakin bahwa pemerintah tahu apa yang harus dilakukan. Ada disconnect dengan realita di lapangan," ungkapnya.

Selanjutnya: IHSG Anjlok Hingga Trading Halt, Biang Keroknya Persoalan di Dalam Negeri

Menarik Dibaca: Official Trailer dan Poster Penjagal Iblis: Dosa Turunan Dirilis, Tayang 30 April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×