Reporter: Bambang Rakhmanto, | Editor: Edy Can
BOGOR. Komite Ekonomi Nasional (KEN) mengusulkan agar cadangan devisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur. Sebab, bila tidak terpakai dan hanya menumpuk bakal membebani Bank Indonesia. Ketua KEN Chairul Tanjung mengatakan, cadangan devisa yang berasal dari aliran dana asing ini akan menekan biaya moneter yang menjadi beban pemerintah. "Uang yang masuk ini harus dibayar bunganya. Sementara uang itu ditaruh di tempat yang tidak ada bunganya," kata Chairul, Jumat (11/2).
Saat ini cadangan devisa Indonesia sudah mencapai US$ 95,3 miliar. Bila dibiarkan menumpuk akan mencapai US$ 100 miliar. Karena itu, Chairul mengusulkan, cadangan devisa itu dioptimalkan untuk membantu pembiayaan infrastruktur. Pasalnya, pembangunan infrastruktur ini bebannya lebih diberikan ke pemerintah padahal dana yang ada di APBN hanya Rp 1.200 triliun.
Menurut Chairul, cadangan devisa yang dipakai cukup 10% saja. Dia bilang, jika 10% cadangan devisa itu dipakai untuk membiayai pembangunan infrastruktur, otomatis akan menyerap tenaga kerja dalam negeri.
Menanggapi usulan itu, pemerintah berhati-hati. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa mengatakan pengelolaan cadangan devisa harus melibatkan Bank Indonesia. “Penggunaan cadangan devisa itu usulan, tapi sebenarnya cadangan devisa ini tidak harus digunakan untuk yang beresiko namanya juga cadangan,”jelasnya.
Sebelumnya, Director Chieft Economist Mandiri Sekuritas Destry Damayanti dengan meningkatnya arus dana asing ke Indonesia maka cadangan devisa bisa menembus level US$ 100 miliar. Pasalnya, masih belum pulihnya negara-negara di kawasan Eropa maupun Amerika sehingga pasar di Indonesia sebagai salah satu negara emerging market masih dilihat mempunyai prospek yang baik guna menginvestasikan dananya. Peningkatan cadangan devisa ini karena fundamental Indonesia yang memang dipandang lebih baik. Terbukti dari rating Indonesia yang diperkirakan akan mencapai investment grade. Dengan demikian, cadev pada 2011 juga akan terdongkrak naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News