Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian tahun ini menargetkan akan melakukan konversi lahan rawa menjadi sawah sebanyak 500.000 hektar dan perluasan lahan sawah eksisting sebesar 6.000 ha.
Fokus pada cetak sawah dari lahan rawa ini dinilai Asosiasi tani sebagai bijak karena mempertimbangkan siklus musim panas kedepan akan lebih panjang dan lahan rawa akan lebih tahan banting.
Direktur Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyampaikan agenda kerja ini akan dilakukan dengan total anggaran sebesar Rp 4,9 triliun. "Ini sekaligus untuk pengadaan alsintan, pengembangan embung dan irigasi-irigasi lainnya," katanya saat dihubungi Kontan, Minggu (10/2).
Optimalisasi lahan rawa menjadi sawah ini menurutnya akan difokuskan di Kalimantan Selatan seluas 300.000 ha, Sumatera Selatan 200.000 ha dan sebagian kecil di Jambi. Sedangkan perluasan areal sawah akan dilakukan di Riau, Sumatera dan Sulawesi.
Area rawa menjadi lokasi pengembangan lahan sawah terkini karena memiliki potensi yang besar. Dalam catatan Kementan, luas rawa di Indonesia mencapai 33,4 juta hektar yang terdiri dari lahan pasang surut seluas 23,05 juta hektar dan rawa lebak seluas 10,35 juta hektare.
Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan menyatakan lokasi rawa menjadi pilihan yang bagus karena selain memiliki luas lahan yang besar, tapi juga demi antisipasi kemarau panjang yang kabarnya akan menerpa untuk siklus waktu yang panjang.
Dalam laporan BMKG internasional dan dalam negeri yang Winarno terima, untuk kedepan dan tahun ini sudah masuk musim El-Nino atau siklus kemarau bakal lebih panjang daripada musim hujan. Kondisi ini akan terjadi hingga periode 5-10 tahun kedepan, sehingga lahan rawa yang memiliki nilai tingkat serap tinggi bakal memiliki cadangan air yang dalam.
"Akan makin pas kalau di lahan rawa karena mereka itu bahkan hingga kelebihan air. Sedangkan di lahan biasa itu nanti akan membutuhkan infrastruktur air sekunder tersier maupun saluran kecil lainnya," jelasnya.
Namun demikian, Winarno mengakui produktivitas sawah dari rawa belum menyaingi yang konvensional. Untuk satu petak sawah dari rawa menghasilkan 3 ton per ha, sedangkan dari sawah lahan biasa di 6 ton per ha. "Maka harus ada varietas khusus yang bisa untuk area rawa. Sementara sudah ada varietas lokal walau belum ada yang khusus untuk rawa," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News