Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Sosial (Kemsos) mengerahkan seluruh personel Taruna Siaga Bencana (Tagana), Kampung Siaga Bencana (KSB), dan para Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang ada di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Jawa Timur untuk aktif membantu korban gempa, melakukan konsolidasi dan saling menginformasikan kondisi di wilayahnya masing-masing pascagempa yang mengguncang Lombok, Minggu malam (5/8).
"Seluruh Tagana dan Pendamping PKH di NTB dan Bali agar segera konsolidasi dan saling info tentang kondisi di wilayahnya. Tetap tenang dan semangat kemanusiaan terjaga. Saya minta ketiga unsur ini aktif membantu korban gempa," kata Menteri Sosial Idrus Marham dalam keterangan persnya Senin (6/8).
Mensos mengungkapkan personel Tagana di NTB sebanyak 589 orang, jumlah Pendamping PKH di NTB 1.125 orang dan 12 KSB. Sementara di Bali terdapat 674 personel Tagana, 313 Pendamping PKH dan 12 KSB. Khusus dari Jawa Timur akan dikerahkan 30 orang Tagana yang hari ini (Senin) akan merapat ke Lombok dan membantu proses penanganan bencana.
Idrus menerangkan Tim dari Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kementerian Sosial di bawah koordinasi Kementerian koordinator PMK juga telah berada di Lombok untuk memimpin proses konsolidasi seluruh personel, evakuasi dan asesmen korban bencana gempa.
Selama proses tersebut berjalan, tim juga menyalurkan bantuan dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Juga penanganan khusus bagi kelompok rentan, advokasi sosial dan layanan dukungan psikososial.
"Nanti dari asesmen kita akan lihat di mana saja titik terparah, korban yang terbanyak di titik mana saja, dan berapa banyak jumlah pengungsi, untuk segera kita siapkan dapur umum dan layanan dukungan psikososial. Yang jelas jumlah dapur umum tentu akan bertambah dari dapur umum yang telah kita dirikan sejak gempa pada Minggu (29/7) yakni di Kecamatan Sembalun, Kecamatan Sambelia, dan Kecamatan Bayan," terangnya.
Tim Kemsos, lanjutnya, juga melakukan pendataan jumlah korban, bantuan untuk korban luka maupun santunan untuk ahli waris korban meninggal. Hingga Senin (6/8) pukul 02.30 WITA jumlah korban meninggal tercatat 82 orang, ratusan orang mengalami luka-luka, ribuan rumah dan gedung mengalami kerusakan. Ribuan warga meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke titik aman.
"Senin dini hari saya mendengar laporan warga di Lombok Utara meninggalkan rumah dan bertahan di tanah lapang dan di persawahan tanpa alas tidur dan tanpa atap. Untuk itu pagi ini saya tekankan betul-betul kepada tim yang berada di lapangan untuk mendata mereka dan segera menyalurkan kebutuhan dasarnya," tegas Mensos.
Sementara itu Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat mengatakan bantuan kebutuhan dasar bagi warga terdampak gempa mulai disalurkan. Di antarnya selimut, tenda, makanan siap saji, serta yang sangat penting dilakukan adalah memberikan layanan trauma healing kepada warga.
"Kondisi psikologi warga sangat terguncang dan mereka memerlukan pendampingan. Tim Tagana NTB dan Bali telah kami instruksikan untuk memberikan layanan psikosial. Kami juga telah intruksikan Tagana Jawa Timur untuk bersiap untuk diberangkatkan ke lokasi gempa. Kami pantau dulu hasil asesmen Senin ini untuk menentukan langkah selanjutnya," katanya.
Dirjen mengatakan Kampung Siaga Bencana di NTB dan Bali juga telah diterjunkan untuk membantu korban gempa. Warga yang menjadi anggota KSB adalah masyarakat terlatih dalam penanggulangan bencana sehingga keberadaan mereka sangat membantu.
"KSB merupakan wadah penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Pemerintah sangat terbantu dengan adanya KSB karena mereka dapat melakukan evakuasi secara mandiri, mendirikan dapur umum, melakukan pendataan warganya dan menyalurkan bantuan. Mereka adalah unsur penting dalam penanggulangan bencana," terang Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News