kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemiskinan di daerah berpotensi turun dengan program RIF


Kamis, 25 April 2019 / 19:22 WIB
Kemiskinan di daerah berpotensi turun dengan program RIF


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejak Maret 2018 hingga April 2019, enam daerah telah mendapatkan dana inovasi responsif atau Responsive Innovation Fund (RIF). Dana tersebut digunakan untuk membantu memaksimalkan potensi yang ada di daerah-daerah terpilih. Melalui program RIF diharapkan kemiskinan di daerah dapat turun.

Wilayah yang mendapatkan bantuan dana inovasi responsif dari program RIF ini adalah Kawasan Nikosake di Kabupaten Tabanan, Bali, Kawasan Luwita di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Kawasan Palaga Pulau Tujuh di Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Kawasan Praya di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kawasan Rasau Raya di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat serta Kawasan Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Adanya program RIF tahap satu ini pun dianggap dapat menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah-wilayah yang mendapatkan dana inovasi responsif. Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Bappelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja.

Menurut Ida Bagus, adanya program ini membangun kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya. Dalam program RIF ini, terdapat lima daerah yang dianggap memiliki tingkat kemiskinan di Tabanan yakni Desa Belimbing, desa Sanda, Munduktemu, Wanagiri, dan Lumbung Kauh yang dudorong untuk menjadi wilayah terintegrasi yang dinamakan kawasan Nikosake.

Menurut Ida Bagus, masyarakat di desa-desa tersebut telah berubah pola pikirnya sehingga mulai membuat kerajinan tangan hingga dan memanfaatkan hasil alam di daerah tersebut. Di Tabanan, komoditas yang terus dikembangkan adalah Nira, Kopi, Salak, hingga Kelapa.

Hasil olahan dari masyarakat pun diserap oleh pemerintah daerah yang akhirnya dipasarkan oleh pasar-pasar modern. Karena itu, pendapatan masyarakat pun meningkat.

"Kemiskinan yang tadinya 15,8% di wilayah tersebut, sekarang sudah menjadi 2,48%. Memang tidak semuanya karena program RIF, tetapi program ini memberikan kontribusi positif. Dulu mungkin kopi diijual murah, sekarang menjadi semakin mahal karena nilai ekonominya meningkat," tutur Ida Bagus kepada Kontan.co.id, Kamis (25/4).

Ida Bagus menambahkan, adanya program RIF ini memberikan gambaran atau model bagi Kabupaten Tabanan bagaimana untuk memaksimalkan potensi daerahnya. Nantinya, bila model ini sudah optimal dilaksanakan di 5 desa tersebut, model tersebut pun akan diaplikasikan pada daerah-daerah lain di wilayah Bali.

Hal senada pun disampaikan oleh Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maluku Tengah Angky Watimena. Menurutnya, dengan adanya program RIF ini dapat dikembangkan pariwisata terintegrasi di Kawasan Palaga Pulau 7.

Dia menyebut, program RIF ini berhasil membuat masyarakat lebih terampil mengelola produk sesuai dengan hasil lokal seperti produk-produk perikanan, sagu, hingga kelapa. Bahkan, produk-produk tersebut diintegrasikan dengan pariwisata yang ada di wilayah tersebut.

Menurut Angky, berbagai produk dari masyarakat yang dihasilkan disertai dengan pengembangan wilayah pariwisata di Palaga Pulau 7 dapat berpengaruh pada pendapatan masyarakat. Meski dia menyadari, selain itu dibutuhkan pemasaran yang lebih masif.

Angky mengatakan, desa-desa yang dipilih untuk mendapatkan dana inovasi responsif ini pun merupakan daerah-daerah yang tertinggal. "Sebelum RIF ini ada, memang sudah ada pelatihan, tetapi bukan di daerah ini. Sasaran program RIG itu untuk daerah tertinggal, kita lihat ini punya potensi dan peluang. RIF ini kita masukkan ke sana supaya ada pelatihan dan peningkatan Kapasitas," ujar Angky.

Lebih lanjut Angky berpendapat, adanya kemajuan di wilayah ini akan membantu meningkatkan masuknya investasi khususnya yang bergerak di bidang swasta. "Arahnya memang ke sana. Kami memang sedang membangun mitra untuk mencari investor yang mengarah ke sana," tutur Angky.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata memang mengatakan adanya dampak yang signifikan dari program RIF ini akan bisa dilihat dalam jangka panjang.

"Kalau kita dampak ekonominya tidak mungkin dalam satu tahun. Perubahan iklim investasinya sudah bagus dan yang penting aktivitasnya sudah berjalan. Inilah yang sangat positif," jelas Rudy.

Rudy berharap, adanya program RIF ini dapat mendorong pemerintah daerah untuk turut berperan dalam meningkatkan investasi di daerah.

Executive Vice President CowaterSogema International yakni pelaksana proyek NSLIC/NSELRED Wilson Pearcea mengatakan, adanya program RIF ini bertujuan untuk menarik investasi ke daerah. Menurutnya, sudah banyak investor swasta maupun bank yang tertarik berinvestasi di wilayah-wilayah yang sudah menjalankan program RIF ini.

"Kami harap dari satu tahun dari sekarang, sudah bisa terwujudkan paling tidak investasi dalam skala kecil. Dan sebenarnya, di daerah sudah ada sektor swasta yang sudah datang ke wilayah tersebut untuk melihat peluang investasi," tutur Wilson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×