kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Kemenkeu Siapkan Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi Domestik


Senin, 16 Juni 2025 / 18:36 WIB
Kemenkeu Siapkan Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi Domestik
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan (Kemeneu) terus memantau perkembangan konflik antara Iran dan Israel yang dinilai berpotensi memberikan dampak terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemeneu) terus memantau perkembangan konflik antara Iran dan Israel yang dinilai berpotensi memberikan dampak terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. 

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Deni Surjantoro menyampaikan, konflik tersebut dapat memicu lonjakan harga energi, gejolak pasar keuangan, hingga gangguan rantai pasok global.

Meski demikian, sebagai negara dengan sistem ekonomi terbuka, kata Deni, dampaknya ke Indonesia sangat tergantung pada durasi dan skala eskalasi. 

"Jika konflik berkepanjangan dan memicu kenaikan tajam harga minyak dunia, tekanan terhadap inflasi domestik, biaya subsidi energi, dan defisit fiskal akan meningkat," ungkap Deni kepada Kontan, Senin (16/6).

Baca Juga: Indef: Konflik Iran-Israel Berdampak pada Sektor Energi dan Pasar Keuangan Indonesia

Untuk mengantisipasi dampak konflik, Kementerian Keuangan telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi. 

Deni menegaskan, koordinasi fiskal dan moneter terus diperkuat antara anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yakni Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI), serta lembaga keuangan lain seperti OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan nilai tukar rupiah.

Penguatan cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi prioritas. Kementerian Keuangan bersama BI terus berupaya melakukan intervensi untuk merespon perkembangan perang tarif optimal meredam tekanan rupiah.

"Nilai tukar rupiah yang sempat melemah hingga Rp 17.000 per dolar AS kini sudah membaik dan bergerak ke level Rp 16.000 per dolar AS, sesuai level fundamental yang lebih idel," ungkap Deni.

Selain itu, kebijakan fiskal juga disiapkan untuk tetap responsif, termasuk penyusunan stimulus fiskal terarah dan penyesuaian belanja negara guna menjaga daya beli masyarakat serta mendorong sektor-sektor produktif.

Dalam jangka menengah, pemerintah juga memperkuat diversifikasi energi dan ketahanan pangan nasional untuk memperkuat strategis domestik dan mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber yang rentan terhadap guncangan eksternal.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Bisa Mengancam Defisit Fiskal Hingga Inflasi Barang Impor

Lebih lanjut, Deni menegaskan, pemerintah tetap optimistis menghadapi dinamika global, mengingat pengalaman Indonesia dalam menangani krisis sebelumnya, seperti pandemi COVID-19 dan tensi dagang global.

"Ini sebagai keyakinan. Fondasi ekonomi domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan ekspor, tetap solid. Reformasi struktural juga terus dijalankan untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan keberlanjutan pemulihan ekonomi," imbuh Deni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×