kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemenkeu: Risiko komodo bond masih mini


Kamis, 21 Desember 2017 / 19:15 WIB
Kemenkeu: Risiko komodo bond masih mini


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 16 perusahaan telah menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah di luar negeri (Komodo Bond) yang dicatatkan di London Stock Exchange. Bahkan, nilai penerbitannya pun cukup fantastis, berkisar antara Rp 90 miliar-Rp 319 triliun.

Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Scenaider Siahaan mengatakan, pembeli komodo bond adalah investor asing. Dengan demikian, penerbitan komodo bond tersebut mendatangkan capital inflow ke dalam negeri.

"Ada tambahan inflow uang ke pasar keuangan domestik dan risikonya, ditanggung oleh investor tersebut," kata Scenaider kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12). Risiko yang dimaksud, yaitu risiko selisih mata uang.

Risiko lainnya lanjut Scenaider, mirip dengan risiko Surat Utang negara (SUN) berdenominasi rupiah yang dibeli asing yaitu risiko pembalikan dana secara tiba-tiba (sudden) reversal.

Namun, ia menilai risikonya masih kecil. "Mengingat volume yang diterbitkan tidak besar, magnitude sudden reversal-nya sangat kecil," tambah dia.

Makanya, risiko tersebut masih bisa diserap oleh pasar sendiri. Ia mengakui, pemerintah belum ikut ambil bagian dalam memitigasi risiko tersebut.

Sebelumnya, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, komodo bond bisa menjadi alternatif sumber pembiayaan di dalam negeri.

Menurutnya, sepanjang rupiah bisa dijaga stabil maka akan meyakini investor dan berdampak positif bagi keuntungan mereka. Sebaliknya, jika kurs rupiah tidak terjaga, mereka akan merugi.

Penerbitan komodo bond itu juga berpotensi menguatkan kurs rupiah, yaitu dari teralisasinya proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai komodo bond yang akan berdampak positif ke kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan fundamental ekonomi yang lebih baik tersebut bisa menguatkan daya saing ekonomi dan nilai tukar rupiah.

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga mengatakan, penerbitan komodo bond membuat dana asing masuk ke Indonesia. Dengan demikian, hal itu akan memperkuat kurs rupiah.

Seberapa besar penguatan rupiah lanjut dia, tergantung juga pada berapa banyak komodo bond yang terjual. "Akan tetapi biasanya obligasi korporasi demand-nya tidak setinggi SBN," kata Eric.

Selain itu, penerbitan komodo bond juga menambah dana korporasi untuk melakukan ekspansi bisnis. Namun, "Yang jelas obligasi ini akan tercatat sebagai utang swasta dalam statistik utang luar negeri dan exposure pasar finansial kita terhadap fluktuasi eksternal bertambah dengan masuknya dana asing," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×