Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran menjadi sumber risiko perekonomian baru di awal tahun 2020. Eskalasi tensi hubungan antara kedua negara itu berdampak pada melejitnya harga minyak dunia yang berpotensi memengaruhi kinerja APBN 2020.
Pagi ini, Rabu (8/1), harga minyak west texas intermediate (WTI) melonjak 3,41% ke US$ 64,84 per barel dari harga penutupan kemarin pada US$ 62,70 per barel. Harga minyak acuan AS tersebut kembali menyentuh level tertinggi sejak April 2019.
Baca Juga: Mencermati dampak konflik AS-Iran terhadap ekonomi Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konflik geopolitik masih menjadi salah satu risiko eksternal utama yang diwaspadai pemerintah dalam mengelola perekonomian dan anggaran negara.
“Jadi ada optimisme recovery perekonomian di 2020, tetapi ada juga risiko yang bisa memengaruhi outlook tersebut,” tutur Menkeu, Selasa (7/1) saat memaparkan realisasi sementara APBN 2019.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, eskalasi ketegangan geopolitik antara AS-Iran memang menjadi perhatian saat ini lantaran efeknya tecermin langsung pada harga minyak dunia yang menjadi salah satu faktor penentu kinerja anggaran maupun perekonomian di dalam negeri.
Baca Juga: Jika AS-Iran perang, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tertekan di bawah 4,8%
Dalam APBN 2020, pemerintah juga sudah menetapkan asumsi harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) sebesar US$ 63 per barel. Asumsi tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 70 per barel, namun sedikit lebih tinggi dari realisasi rata-rata ICP sepanjang 2019 yang tercatat sebesar US$ 62 per barel.
“Tentu kita perhatikan ini terus. Kita lihat bagaimana perkembangannya. Namun, dampaknya nanti ke APBN itu tentu terpengaruh variabel-variabel lain juga seperti kurs dan lifting migas. Kita akan pantau terus setiap bulannya seperti biasa,” kata Suahasil.
Baca Juga: Iran mulai membalas AS, ini ringkasan pergerakan sejumlah instrumen investasi
Dalam mengelola dan menjaga kinerja APBN, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah tak membuat skenario-skenario tertentu terkait isu dan sentimen yang sedang terjadi. Meski begitu, ia akan mengevaluasi bilamana perubahan terhadap anggaran memang diperlukan dengan tujuan menjaga perekonomian.
“Ini kan tahun 2020 baru tujuh hari. Kita selalu jaga APBN, kita lakukan saja dan kita tidak membuat skenario. Sama dengan 2018 dan 2019 di mana gejolak sangat tinggi, ya, kita jalankan dan terus jaga selama APBN tetap berfungsi sebagai instrumen yang efektif, kredibel, dan sehat, maka dia akan bisa terus berjalan,” tutur bendahara negara itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News