kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika AS-Iran perang, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tertekan di bawah 4,8%


Rabu, 08 Januari 2020 / 10:44 WIB
Jika AS-Iran perang, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tertekan di bawah 4,8%
ILUSTRASI. Prosesi pemakanan Soleimani. (Dok. Reuters)


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan Amerika Serikat dan Iran kian memans pasca serangan Amerika Serikat ke Baghdad yang menewaskan pimpinan militer Iran Qasem Solaemani. Hal ini memicu kekhawatiran publik mengenai perang dunia ketiga lantaran keterlibatan negara-negara ke masing-masing pihak.

Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai, ketegangan kedua negara yang berlarut bisa menyebabkan defisit migas RI kian melebar. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir pasca serangan terjadi, harga minyak dunia terus terkerek naik.

"Ketegangan ini juga bisa berdampak ke perekonomian melalui jalur perdagangan misalnya dengan kenaikan harga minyak. Tentunya kita berharap kedua pihak bisa menahan diri dan menyelesaikan perbedaan dengan jalan damai," jelas Piter ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (7/1/2020).

Melansir Reuters, harga minyak melesat setelah adanya laporan bahwa Iran menyerang pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak pada Rabu (8/1) pagi.

Baca Juga: Begini respons Donald Trump pasca Iran serang pangkalan militer AS di Irak

Hari ini pukul 7.12 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) melonjak 3,41% ke US$ 64,84 per barel dari harga penutupan kemarin pada US$ 62,70 per barel. Harga minyak acuan AS ini kembali menyentuh level tertinggi sejak April 2019.

Dia pun mengatakan, ketegangan geopolitik tersebut merusak tren sentimen positif di pasar keuangan global yang terbangun paska kesepakatan perdang dagang antara AS dan China.

Kekhawatiran timbulnya perang akan menahan aliran modal asing masuk ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia. Hal tersebut bakal berdampak negatif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Iran mulai membalas AS, ini ringkasan pergerakan sejumlah instrumen investasi




TERBARU

[X]
×