Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih menunggu hasil pemeriksaan dan verifikasi dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terkait jumlah desa fiktif yang menerima kucuran dana desa dari pemerintah pusat.
Hasil pemeriksaan tersebut akan menjadi acuan Kemenkeu untuk menarik kembali dana desa yang telanjur tersalur selama ini.
Baca Juga: Hingga Oktober, realisasi pembiayaan anggaran capai Rp 373,4 triliun
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Astera Primanto Bhakti mengatakan, Kemenkeu menunggu hasil pemeriksaan tersebut selesai sebelum akhir Desember 2019.
Hingga data desa tersebut tervalidasi oleh pemeriksaan Kemendagri, Prima enggan menyebut berapa kisaran dana desa yang berpotensi ditarik kembali dari desa-desa fiktif tersebut.
“Ini domain Kemendagri soal berapa jumlah desa atau anggaran yang sudah disalurkan untuk desa bermasalah, kita sekarang juga sedang menunggu. Nanti dari situ kita perkirakan stock-taking (jumlahnya),” ujar Astera dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Selasa (19/11).
Direktur Fasilitas Keuangan dan Aset Pemerintah Desa Kemendagri Benny Irawan mengatakan, Kemendagri tengah fokus melanjutkan pemeriksaan dan validasi desa fiktif di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Sri Mulyani sebut globalisasi dan interkoneksi perlu diwaspadai, kenapa?
Sejauh ini, hasil pemeriksaan menemukan empat desa yang terbukti melakukan maladministrasi yaitu Desa Arombu Utama Kecamatan Latoma, Desa Lerehoma Kecamatan Anggaberi, Desa Wiau Kecamatan Routa, dan Desa Napooha Kecamatan Latoma.
“ Dana desa keempat desa itu sementara sudah turun Rp 9,3 miliar dari 2017 (ke Rekening Kas Umum Daerah). Dari Rp 9,3 miliar itu, baru 47% yang disalurkan ke empat desa itu (Rekening Kas Desa). Masih ada sekitar Rp 4,9 miliar yang belum disalurkan (ke desa),”’ tutur Benny.
Meski begitu, Benny belum dapat memastikan seperti apa nantinya langkah pengembalian dana desa yang sudah telanjur tersalur itu. Skema pengembalian dana desa nantinya bakal diatur dan dikomunikasikan langsung oleh Kemenkeu kepada masing-masing pemerintah daerah yang bertanggung jawab untuk mengembalikan.
Baca Juga: Hore, Pemprov DKI Jakarta membuka 3.958 formasi CPNS 2019
Benny juga menyebut bahwa pemeriksaan masih terus berlanjut. Artinya, ada kemungkinan jumlah desa temuan yang bermasalah bertambah sehingga jumlah dana desa yang harus dikembalikan juga semakin besar.
Adapun selain menarik kembali dana desa yang telah tersalurkan. Astera juga akan membekukan penyaluran dana desa ke desa-desa yang terbukti bermasalah administrasinya.
Baca Juga: Wow, anggaran penataan kampung kumuh DKI hingga Rp 10,6 miliar per RW, ini rinciannya
“Pembekuan akan dilakukan pada penyaluran dana desa tahap ketiga kepada desa-desa sesuai hasil identifikasi dari Kemendagri,” tutur Prima.
Sebagai informasi, penyaluran dana desa setiap tahunnya terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama sebesar 20% disalurkan paling cepat Januari hingga paling lambat minggu ketiga Juni. Tahap kedua paling cepat pada Maret hingga minggu keempat Juni.
Sementara tahap ketiga dilakukan paling cepat pada Juli hingga paling lambat Desember.
Baca Juga: PNM terbitkan sukuk Rp 415 miliar, untuk dipakai apa?
Sampai dengan Oktober, Kemenkeu mencatat realisasi penyaluran dana desa telah mencapai Rp 52 triliun atau 74,2% dari pagu yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 70 triliun dalam APBN 2019. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, realisasi dana desa mengalami pertumbuhan 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News