kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.136   65,00   0,40%
  • IDX 7.083   2,81   0,04%
  • KOMPAS100 1.051   -4,20   -0,40%
  • LQ45 820   -5,73   -0,69%
  • ISSI 213   0,28   0,13%
  • IDX30 420   -4,57   -1,08%
  • IDXHIDIV20 500   -6,00   -1,18%
  • IDX80 120   -0,46   -0,38%
  • IDXV30 125   0,31   0,25%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Kemenkeu Catat Defisit APBN 2024 Capai Target 2,29% dari PDB


Senin, 06 Januari 2025 / 11:31 WIB
Kemenkeu Catat Defisit APBN 2024 Capai Target 2,29% dari PDB
ILUSTRASI. Defisit APBN 2024 ditutup sebesar 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau dalam nominal mencapai Rp 507,8 triliun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/08/11/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 ditutup sebesar 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau dalam nominal mencapai Rp 507,8 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, defisit tersebut lebih rendah dari outlook laporan sementara (lapsem) sebesar 2,70% dari PDB, namun sesuai dengan target dalam APBN 2024.

Kala itu, defisit APBN 2024 diperkirakan melebihi target atau mencapai 2,70% dari PDB lantaran dipengaruhi penerimaan negara yang turun atau terkontraksi 6,2% year on year (yoy), kondisi inflasi meningkat atau tertinggi pada Maret yang mencapai 3,1 yoy, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada Juni 2024 mencapai 7.063,6, dan yield SBN mencapai puncak tertinggi pada April dan Juni mencapai 7,2%.

Baca Juga: Utang Jatuh Tempo di 2025, Pemerintah Bakal Pertimbangkan Pinjaman Baru

Penyebab defisit diperkirakan meningkat di antaranya disebabkan ketegangan geopolitik, fenomena El Nino, perlambatan ekonomi China, harga minyak meningkat, dan harga batubara menurun.

Sejalan dengan perubahan yang terjadi di semester II 2024, dengan respon kebijakan di berbagai kebijakan, Sri Mulyani mengungkapkan, meski eskalasi perang di Timur Tengah tidak mengalami penurunan, namun tekanan pada harga minyak mereda.

Beberapa harga komoditas yang penting seperti batubara, nikel, dan Crude Palm Oil (CPO) di semester II mulai pulih dan tekanan mulai mereda, serta sebagian komoditas mulai mengalami perbaikan harga.

Di samping itu, berbagai stimulus dari perekonomian China juga menimbulkan harapan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut mengalami pemulihan atau peredaan, ataupun kondisi tekanan ekonomi yang terus menurun.

Sejalan dengan kabar baik tersebut, kondisi IHSG mulai mereda dengan posisi pada Juni sebesar 7,063,6, namun pada Desember mencapai 7,079,9.

Kemudian, yield SBN yang sempat mengalami kenaikan sangat besar mulai mereda meski masih di level di 7,0% pada Desember 2024, namun lebih rendah dari April juni yang berada di level  7,2%.

Baca Juga: Target Penerimaan Meleset, Pemerintah Putar Otak Cari Cara Tambal Defisit APBN 2025

Kondisi inflasi juga semakin terkendali dan rendah, pada Desember 2024 mencapai 1,57% yoy, membaik dari kondisi inflasi  Maret 2024 yang mencapai 3,1% yoy. 

Penerimaan negara mengalami pembalikan dengan adanya pertumbuhan sebesar 2,1% yoy pada Desember 2024.

Selanjutnya, kondisi nilai tukar rupiah sedikit mengalami peredaan berada di level Rp 16.162 per dollar AS pada Desember 2024, atau membaik dari kondisi pada semester I 2024 atau pad Juni 2024 yang mencapai Rp 16.421 per dollar AS.

“Ini semua memberikan dampak dan membuat APBN tetap bisa beroperasi optimal. Disisi penerimaan mulai membaik, defisit APBN akhirnya terjaga turun pada level 2,29% dari PDB, sesuai yang kita desain awal,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (6/1).

Adapun terjadinya defisit APBN 2024 disebabkan realisasi penerimaan negara yang lebih rendah bila dibandingkan belanja negara.

Meski begitu, realisasi penerimaan negara hingga akhir tahun 2024 mencapai Rp 2.842,5 triliun atau mencapai 101,4% dari target Rp 2.802,3 triliun, atau tumbuh 2,1% yoy.

Sementara itu, realisasi belanja negara hingga akhir tahun 2024 mencapai Rp 3.350,3 triliun atau 100,8% dari target yang sebesar Rp 3.325,1 triliun, atau tumbuh 7,3% yoy. Belanja negara naik utamanya disebabkan belanja kementerian/Lembaga yang meningkat 14,1% dari target.

Sejalan dengan itu, defisit keseimbangan primer mencapai Rp 19,4 triliun, lebih rendah dari target dalam APBN 2024 yang mencapai Rp 25,5%, atau mencapai 75,9% dari target.

Kemudian, kondisi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) pada akhir 2024 mencapai Rp 45,4 triliun. SILPA ini meningkat bila dibandingkan 2023 yang hanya mencapai Rp 19,4 triliun.
 

Selanjutnya: Bill Gates, Terkenal Hidup Hemat Tapi Bersedia Bayar Denda Mahal untuk Hobi Putrinya

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Stagnan, Goldman Sachs Pangkas Outlook Harga Emas 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×