kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemendag antisipasi kenaikan harga bahan pokok jelang Natal dan Tahun Baru


Jumat, 04 Oktober 2019 / 13:41 WIB
Kemendag antisipasi kenaikan harga bahan pokok jelang Natal dan Tahun Baru
ILUSTRASI. KULIAH UMUM MENTERI PERDAGANGAN


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BATU, JAWA TIMUR. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengajak pemerintah pusat dan daerah meningkatkan sinergi dalam menjaga kecukupan pasokan dan harga barang kebutuhan pokok (bapok) menghadapi hari besar keagamaan nasional (HBKN).

"Dalam beberapa waktu ke depan, ada potensi kenaikan permintaan bapok pada Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Sementara kondisi cuaca masih belum kondusif untuk produksi pangan nasional. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan antisipasi kecukupan pasokan bapok di daerahnya masing-masing sejak dini," ungkap Mendag dalam rapat koordinasi nasional barang kebutuhan pokok menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di kota Batu, Jawa Timur, Jumat (4/10)

Mendag menyampaikan, Kemendag diberi mandat untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bapok yang dicerminkan tingkat inflasi terkendali, dengan target 3,5%. Di sisi lain, pemerintah daerah sangat berkepentingan dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bapok di daerah masing-masing terkait dengan keterjangkauan harga, dan ketersediaan pangan masyarakat, serta kondusifnya iklim usaha bagi pelaku usaha pangan daerah.

"Untuk itu, sinergi pemerintah pusat, daerah, serta seluruh pelaku usaha pangan yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan. Agar masyarakat dapat memperoleh pangan dengan harga yang terjangkau, tersedia dalam jumlah yang cukup, dan pelaku usaha memperoleh keuntungan yang wajar," ujar Mendag.

Baca Juga: Mendag Enggartiasto akan dihadirkan dalam sidang Bowo Sidik

Mendag melanjutkan, saat ini pemerintah menghadapi tantangan yang perlu diantisipasi bersama. Salah satunya yaitu inflasi kelompok bahan makanan tahun 2019 yang cenderung naik dan musim kemarau panjang yang hampir merata di seluruh Indonesia.

Secara umum, deflasi pada September 2019 (MoM) tercatat sebesar 0,27% dan inflasi sepanjang 2019 (YtD) tercatat sebesar 2,2%. Meskipun kelompok bahan makanan Agustus 2019 (MoM) mengalami deflasi 1,97%, namun secara keseluruhan inflasi sepanjang 2019 (YtD) tercatat sebesar 3,51%, tertinggi dibanding kelompok pengeluaran lainnya.

"Beberapa faktor utama penyebab naiknya inflasi tersebut adalah kenaikan harga bawang putih akibat gangguan pasokan impor dan cabe merah akibat faktor kemarau yang cukup panjang," kata Mendag.

Menurut Mendag, periode HBKN merupakan periode yang rawan mengalami gejolak harga, khususnya barang kebutuhan pokok akibat faktor peningkatan permintaan dari masyarakat. Hal ini tergambar dari tingkat inflasi bulanan pada puasa-Lebaran serta akhir tahun yang cenderung naik.

Baca Juga: Permudah investasi, rekomendasi izin impor barang modal tidak baru akan dicoret

Di sisi lain, kondisi cuaca juga masih belum kondusif untuk produksi pangan nasional. Prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, pada akhir September hingga minggu III Oktober 2019 sebagian besar wilayah di Indonesia masih mengalami tingkat hujan rendah-menengah, khususnya di daerah sentra produksi pangan seperti Sumatra bagian selatan, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×