Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kelas menengah Indonesia yang besar ternyata menjadi pasar yang empuk bagi produk reksadana. Apalagi, saat ini penetrasi pasar reksadana masih kecil.
Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi Abiprayadi Riyanto mengatakan, rekening reksadana baru mencapai 460.000. "Ini masih bisa potensi besar bagi industri," katanya, Jumat (5/10).
Hasil survei McKinsey menunjukkan jumlah warga kelas menengah baru mencapai 45 juta. Data ini menunjukkan, masih banyak masyarakat Indonesia bahkan dari kalangan kelas menengah yang melek terhadap produk investasi seperti reksadana.
Dilihat dari potensi yang ada, Abi melihat jika nasabah ritel masih lebih berpotensi dibandingkan investor institusi. Mengingat saat ini investor institusi seperti dana pensiun di Indonesia hanya sekitar 200-an.
Selain reksadana, saat ini permintaan akan obligasi pun semakin besar. Abi menyebut jika saat ini adalah waktu yang tepat bagi perusahaan untuk masuk ke pasar obligasi. "Sedang rendah (yieldnya). Buktinya seperti ORI 009 yang kuponnya 6,25% masih sangat laris. Dan dibandingkan tahun lalu, yield saat ini lebih bagus (rendah)," ungkapnya.
Abi pun menggarisbawahi untuk menerbitkan obligasi yang perlu disesuaikan dengan pemasukan dari si perusahaan tersebut. "Jika perusahaannya menggunakan rupiah ya obligasi yang dikeluarkan jangan dollar lah. Buat apa harus menanggung resiko dari swap," tambahnya.
Walaupun begitu, Abi mengakui jika obligasi berdenominasi dollar memang lebih menarik dibandingkan dengan yang berdenominasi rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News