kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kejar efisiensi dengan mata uang lokal


Rabu, 18 Oktober 2017 / 06:17 WIB
Kejar efisiensi dengan mata uang lokal


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk mengurangi ketergantungan atas dollar Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan transaksi ekspor impor ke Malaysia dan Thailand menggunakan mata uang lokal. Transaksi dengan menggunakan rupiah, ringgit atau baht dilakukan melalui Bank Appointed Cross Currency Dealer (Bank ACCD).

Atas aturan ini, pengusaha mengaku mengapresiasi, karena bisa membantu efisiensi biaya. Sebab dengan kebijakan ini maka pengusaha tak perlu lagi menukarkan uangnya dengan dollar Amerika Serikat (AS).

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat Usman bilang, fasilitas tersebut sangat membantu pengusaha agar transaksi perdagangan lebih cepat dan lebih efisien. Pengusaha tak perlu membayar biaya transaksi dollar AS terhadap rupiah. "Memang tergantung pengusahanya. Tetapi kalau kita dengan Thailand masing-masing perlu baht juga," kata Ade kepada KONTAN, Selasa (17/10).

Misalnya impor buah-buahan asal Thailand yang biasanya menggunakan mata uang baht. Indonesia juga mengimpor mobil BMW yang dirakit di Thailand. Namun, Ade mengatakan, tak jarang perusahaan-perusahaan di Thailand justru menggunakan mata uang negara lain selain dollar AS. Misalnya, menggunakan euro. "Biasanya, perusahaan BMW di sana menggunakan euro. Tetapi tergantung principalnya," tambah Ade.

Seperti diketahui, aturan penggunaan mata uang lokal ini tertuang dalam Peraturan BI (PBI) Nomor 19/11/PBI/2017. Selain memudahkan ekspor-impor, BI berharap transaksi perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal (Local Currency Settlement atau LCS) bisa mendukung stabilitas kurs rupiah. BI juga berharap pasar mata uang regional lebih berkembang dan akses pelaku usaha untuk membayar kewajibannya dalam mata uang lokal lebih luas.

Namun menurut Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi, kebijakan ini tak akan signifikan menurunkan ketergantungan terhadap dollar AS. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand lebih banyak berdagang dengan negara-negara non ASEAN. Nilai perdagangan intra ASEAN hanya seperempat dari total nilai perdagangan yang dilakukan negara-negara ASEAN. Sisanya, didominasi dollar AS. "Namun ini awal yang bagus, sehingga perlu diperluas, misalnya ke Eropa. Itu baru akan terasa efeknya," jelas Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×