Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri manufaktur tampak goyah di bulan Februari 2021. IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan laporan sebesar 50,9 atau turun dari 52,2 pada bulan Januari 2021.
“Pertumbuhan manufaktur Indonesia kehilangan momentum pada bulan Februari di tengah gangguan akibat pandemi penyakit Covid-19,” ujar IHS Markit dalam laporannya, Senin (1/3).
Meski demikian, IHS Markit tetap melihat adanya peningkatan output dan permintaan baru. Pekerjaan pun mendekati stabil.
Terperinci, produksi meningkat selama empat bulan berturut-turut, sehingga output dari perusahaan pun meningkat. Namun, peningkatannya pada laju sedang dan tergolong paling lemah pada bulan Februari 2021 tersebut.
Baca Juga: Mengekor bursa regional, IHSG melaju di zona hijau 0,58% pada awal perdagangan Senin
Meski perusahaan tetap meningkatkan output seiring dengan permintaan baru, tetapi beberapa perusahaan mencatat adanya gangguan produksi akibat pandemi Covid-19.
Seiring dengan pertumbuhan produksi yang lebih lambat ini, menunjukkan bahwa stok barang jadi menurun, setelah kenaikan pada bulan Januari 2021 lalu.
Permintaan baru juga terpantau meningkat tajam pada bulan Februari 2021, setidaknya dalam tiga bulan terakhir. Namun, bisnis ekspor baru terus menurun.
Kemudian, peningkatan output dan permintaan baru saat ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan membatasi pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Pekerjaan memang menurun selama 12 bulan berjalan, tetapi pada laju yang paling rendah pada periode ini. Beberapa perusahaan yang menurunkan tingkat staf menunjukkan PHK cenderung bersifat sementara. Penumpukan pekerjaan turun pada laju paling lambat dalam 12 bulan,” kata IHS Markit.
Perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian mereka untuk kedua kalinya pada tahun lalu, dan pada laju tercepat sejak bulan Mei 2019. Akibatnya, stok pembelian mendekati stabil karena tingkat penurunan inventaris pra-produksi menurun selama 10 bulan berturut-turut.
Biaya input meningkat secara substansial, dengan tingkat inflasi semakin cepat hingga paling tajam sejak bulan Oktober 2018. Biaya yang lebih tinggi untuk bahan baku disebutkan secara luas di tengah kurangnya pasokan dan sulitnya mendapatkan input dari luar negeri.
Tingkat inflasi harga output juga semakin cepat. Bahkan, tercepat sejak bulan November 2018. Ini disebabkan produsen meneruskan beban biaya input yang lebih tinggi pada konsumen.
Baca Juga: BI perkirakan inflasi Februari 2021 sebesar 0,08%
Waktu pengiriman dari pemasok diperpanjang selama 13 bulan berturut-turut. Laju penurunan kinerja vendor tergolong solid, meski tidak separah pada bulan Januari 2021.
“Pembatasan Covid-19 dan gangguan transportasi yang disebabkan oleh banjir menjadi faktor utama di balik penundaan pengiriman pada bulan Februari 2021,” tambah IHS Markit.
Namun ke depan, produsen Indonesia masih sangat optimistis bahwa produksi akan naik pada tahun mendatang, dengan lebih dari dua per tiga responden yang memprediksi kenaikan. Harapan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir adalah inti dari harapan positif ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News