Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Rizki Caturini
ABUJA. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) melakukan kunjungan bilateral ke Nigeria. Kunjungan KemIu RI ke Nigeria ini merupakan kunjungan kerja bilateral Menlu RI pertama yang bersifat full-fledged setelah kunjungan terakhir pada 30 tahun lalu.
Dalam pertemuan tersebut Menlu RI, Retno LP Marsudi menyampaikan, Indonesia dan Nigeria merupakan dua ekonomi besar di masing-masing kawasannya dengan unggulan ekonomi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara merupakan suatu hal yang alami terjalin dan harus terus ditingkatkan.
"Fokus polugri (politik luar negeri) Indonesia kepada Afrika menjadi momentum yang strategis untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dan Nigeria," kata Retno.
Retno juga memfokuskan pembahasan kepada upaya untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi. Dia bilang masih banyak ruang untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara. Dalam kaitan ini, Menlu RI mendorong peningkatan kerja sama perdagangan bilateral dengan Nigeria melalui pembentukan PTA (Preferential Trade Agreement).
Selain itu, untuk meningkatkan akses pasar produk Indonesia ke negara-negara Afrika Barat, Retno juga meminta dukungan Menlu Nigeria terhadap keinginan Indonesia untuk membentuk PTA antara Indonesia dengan ECOWAS (Economic Community of Western African States).
"Penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tariff lainnya menjadi kunci untuk meningkatkan perdagangan Indonesia-Nigeria dan Indonesia dengan negara-negara Afrika Barat," ujarnya.
Isu yang juga menjadi perhatian dalam pertemuan, terkait dengan kerja sama pengembangan kelapa sawit. Saat ini Nigeria sedang melakukan diversifikasi ekonomi termasuk ke sektor pertanian kelapa sawit. Retno menyampaikan kesiapan Indonesia berkerja sama dalam membangun industry kelapa sawit di Nigeria. Dalam kaitan ini Indonesia mengundang Nigeria untuk bergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yang dibentuk Indonesia dan Malaysia.
"Kerja sama yang erat antara negara produser kepala sawit akan berkontribusi dalam menciptakan stabilitas harga dan peningkatan produksi kepala sawit yang berkelanjutan," tutunya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News