kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Kata Ekonom CORE Soal Kenaikan HBA dan Minyak Mentah ke Penerimaan Negara


Minggu, 13 Februari 2022 / 22:41 WIB
Kata Ekonom CORE Soal Kenaikan HBA dan Minyak Mentah ke Penerimaan Negara
ILUSTRASI. Batubara


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) dan harga minyak mentah diprediksi akan terus menguat. Tercatat HBA mengalami lonjakan tajam sebesar US$ 29,88 per ton pada bulan Februari 2022.

Ini membuat HBA Februari capai US$ 188,38 per ton. Kenaikan tersebut salah satunya dipicu meningkatnya permintaan global atas kebutuhan batubara.

Sementara itu, harga minyak mentah dunia diprediksi terus menguat, seiring dengan semakin panasnya tensi antara Rusia dan Ukraina.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengungkapkan, kenaikan harga batubara dan minyak mentah akan turut mempengaruhi dinamika penerimaan negara.

Dari sisi penerimaan pajak sendiri akan mempengaruhi Pajak Penghasilan (PPh), kemudian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipengaruhi oleh perkembangan dari harga batubara.

Sementara dari sisi penerimaan non pajak, penerimaan pertambangan minerba merupakan penyumbang terbesar dari pos penerimaan non migas. Kondisi yang sama juga berlaku pada komoditas minyak.

Baca Juga: Sektor Industri Masih Bisa Jadi Andalan Penerimaan Pajak 2022, Ini Alasannya

“Alhasil, saya kira kontribusi dari sektor minyak bumi dan juga pertambangan batubara bisa mencapai 20%-30% dari total penerimaan negara. Jadi sudah tentu kondisi kenaikan kedua harga komoditas tersebut berpengaruh positif terhadap penerimaan negara,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (13/2).

Yusuf memperkirakan, dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina, akan secara tidak langsung mempengaruhi kenaikan harga minyak. Dengan sentimen geopolitik, jika Amerika Serikat jadi menaikkan produksinya, maka akan mengoreksi harga ke bawah.

Beberapa analisis meyakini kenaikan harga minyak masih akan terjadi sampai pertengahan tahun ini meskipun secara fluktuatif.

“Sementara, saya kira bukan tidak mungkin akan mencapai level di atas US$ 100 per barel. Sementara untuk harga batubara saya kira setelah Februari akan menjadi periode normalisasi harga batubara seiring dengan perlambatan permintaan dari China secara bertahap,” jelasnya.

Lebih lanjut, Yusuf juga memperkirakan harga minyak akan terus meningkat sampai pertengahan tahun nanti Dengan begitu, secara otomatis APBN juga dapat menikmati periode windfall yang akan terjadi, meskipun kemungkinan tidak terjadi setahun penuh.

Adapun, kenaikan harga minyak dan juga batubara ini akan meningkatkan beban subsidi ke depannya. Memperkirakan dari tahun lalu, ada potensi peningkatan 20% dari pagu anggaran subsidi yang telah ditetapkan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×