CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.945   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.196   149,03   2,11%
  • KOMPAS100 1.099   26,87   2,51%
  • LQ45 869   25,52   3,02%
  • ISSI 220   3,58   1,65%
  • IDX30 445   13,29   3,08%
  • IDXHIDIV20 535   15,93   3,07%
  • IDX80 126   3,28   2,68%
  • IDXV30 128   1,76   1,39%
  • IDXQ30 148   4,07   2,83%

Kasus Penyakit yang Masih Tinggi Jadi Tantangan Besar Sektor Kesehatan Indonesia


Jumat, 07 April 2023 / 13:30 WIB
Kasus Penyakit yang Masih Tinggi Jadi Tantangan Besar Sektor Kesehatan Indonesia


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah kasus penyakit yang masih tinggi, seperti kusta, menjadi tantangan besar bagi sektor kesehatan Indonesia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan terdapat temuan 12.005 kasus kusta baru per tahun di Indonesia. Angka itu menjadikan Indonesia sebagai negara yang menyandang kasus kusta nomor tiga tertinggi di dunia.

Suharso menyebutkan, kasus kusta bisa terjadi di berbagai tempat, salah satunya ada di suatu kecamatan di Bekasi, tak jauh dari Jakarta. Dia menyebut penyakit menular itu tentu harus diwaspadai dan ditangani dengan optimal agar kasus tak bertambah.

"Kalau basic reproductive number kusta di Indonesia itu 12. Maka, di kecamatan itu ada 12 penderita, berpotensi bertambah menjadi 144 orang menderita kusta," ucap dia dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (6/4).

Baca Juga: Bappenas: 20 Provinsi Berkategori Lower Middle Income, Hanya 2 yang High Income

Selain kusta, Suharso menyatakan, kasus tuberkulosis juga harus menjadi perhatian. Penyakit tersebut terbilang masih tinggi yang mana menempatkan Indonesia di peringkat 2 kasus tertinggi di dunia. Ditemukan 969.000 kasus baru per tahun.

Dia juga menyebut orang yang menderita malaria di Indonesia juga tinggi, yakni ditemukan sebanyak 415.140 kasus baru per tahun.

Data Bappenas menunjukkan ada sejumlah indikator RPJMN yang berisiko tidak tercapai pada 2024, termasuk kasus kusta, malaria, dan tuberkulosis.

Disebutkan eliminasi kusta hingga 2022 baru mencapai 403 kab/kota dengan target 514 kab/kota pada 2024. Tingkat stunting sebesar 21,6% pada 2022 juga terbilang masih tinggi dan jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024, yakni 14%.

Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita juga berpotensi tak mencapai target 7% pada 2024 karena baru mencapai 7,7% pada 2022.

Insidensi tuberkulosis mencapai 354 temuan per 100.000 penduduk pada 2021. Angka itu terbilang masih jauh jika melihat target pada 2024 yang mencapai 190 temuan. Pencapaian daerah eliminasi malaria masih jauh dari target yang mana pada 2022 sebanyak 372 per kab/kota dengan target 2024 sebanyak 405 per kabupaten/kota.

Selanjutnya, imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan yang sebesar 66,9% pada 2022 kenyataannya masih jauh dari target 2024 sebesar 90%.

Fasilitas kesehatan tingkat pertama terakreditasi baru mencapai 56,4% pada 2022 dengan target 100%, sedangkan Puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar mencapai 56,07% pada 2022 dari target yang sebesar 83%.

Baca Juga: Capaian Ketahanan Pangan Indonesia Masih Tertinggal dari Negara Tetangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×