kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Kasus Campak di Provinsi Papua Tengah Meningkat di Tengah Rendahnya Imunisasi MR


Minggu, 05 Maret 2023 / 13:40 WIB
Kasus Campak di Provinsi Papua Tengah Meningkat di Tengah Rendahnya Imunisasi MR
Seorang kepala rumahtangga (kanan) menggendong anaknya saat diberikan suntikan vaksin pada kegiatan bulan imunisasi anak di Desa Tibang, Banda Aceh, Aceh, Rabu (14/9/2022). Kasus Campak di Provinsi Papua Tengah Meningkat di Tengah Rendahnya Imunisasi MR.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa kasus campak di Provinsi Papua Tengah mengalami peningkatan dalam 3 bulan terakhir. Kabupaten yang mengalami peningkatan kasus campak adalah Nabire, Paniai, Mimika, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya, dan Deiyai.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu, mengungkapkan bahwa hingga 3 Maret 2023, terdapat 397 kasus yang dilaporkan.

Dari jumlah tersebut, sekitar 48 kasus telah terkonfirmasi positif campak melalui pemeriksaan laboratorium, dengan kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Mimika sebanyak 25 kasus, Kabupaten Nabire 16 kasus, dan Kabupaten Paniai 7 kasus.

Baca Juga: Penyakit campak dan rubella: Gejala, pencegahan, dan manfaat imunisasi

Selain itu, ditemukan satu kasus konfirmasi rubella di Kabupaten Mimika. Dari kasus konfirmasi campak dan rubella tersebut, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 182 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang meninggal.

"Jumlah kasus kematian tercatat 2 kasus, satu kasus berasal dari Kabupaten Nabire dan 1 kasus dari Kabupaten Paniai," kata Maxi dalam keterangan tertulis pada Minggu (5/3).

Menurut Maxi, peningkatan kasus campak di Provinsi Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR (Measles and Rubella) untuk anak-anak di tahun 2022.

Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi MR1 hanya mencapai 64%, kemudian turun menjadi 48,6% pada saat Imunisasi MR2.

"Temuan kami di lapangan menunjukkan bahwa 87% kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar masih kosong," jelas Maxi.

Baca Juga: Catat! Inilah jadwal terbaru dan jenis imunisasi untuk anak dari IDAI

Hal ini menjadikan Provinsi Papua Tengah masuk dalam kategori berisiko untuk penularan campak rubela.

Oleh karena itu, Kemenkes telah melakukan berbagai langkah antisipatif, seperti berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan di kabupaten-kabupaten yang terkonfirmasi, meningkatkan surveilans aktif dan pemantauan penemuan kasus baru, meningkatkan cakupan imunisasi, dan memenuhi kelengkapan fasilitas kesehatan untuk persiapan penanganan kasus campak.

Maxi juga mengingatkan bahwa imunisasi MR masih menjadi cara yang efektif untuk mencegah dua penyakit sekaligus, yaitu campak dan rubella. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi MR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×