kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kadin: Suku bunga kredit jadi masalah investor dalam negeri


Minggu, 31 Januari 2021 / 16:27 WIB
Kadin: Suku bunga kredit jadi masalah investor dalam negeri
ILUSTRASI. ilustrasi Suku Bunga, Jakarta (04/06). Kontan/Panji Indra


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan masalah investor domestik saat ini yakni sumber finansial dan keterjangkauan nilai investasi yang dikeluarkan dalam kondisi pandemi.  Menurutnya, akses terhadap pembiayaan investasi seperti suku bunga kredit usaha riil menjadi kendala utama.

“Kalau mau investor domestik kembali investasi secara maksimal, pemerintah harus memberikan insentif/stimulus di sisi kredit usaha dan memastikan agar akses pendanaan investasi terbuka luas untuk semua sektor usaha dan skala usaha di Indonesia,” kata Shinta kepada Kontan.co.id, Minggu (31/1).

Untuk itu, Shinta berharap pemerintah dan otoritas terkait bisa mendorong perbankan untuk memberikan suku bunga kredit rendah, bukan hanya kepada sektor atau level usaha tertentu yang saat ini dianggap aman, risiko rendah, atau profitable bagi perbankan. 

Baca Juga: DRI perkirakan inflasi Januari 2021 sebesar 0,35% mom

“Suku bunga kredit usaha riil-nya pun harus diturunkan secara signifikan agar biaya pinjaman untuk investasi menjadi lebih affordable untuk pelaku usaha nasional, khususnya pelaku usaha di sektor yang memang masih terjepit oleh kondisi pandemi,” ujar Shinta 

Menurut Shinta, bila hal itu tak kunjung diimplementasikan maka investor domestik akan wait and see sampai pasar kembali pulih untuk melakukan ekspansi usaha atau investasi lebih lanjut. Apalagi saat ini pemerintah masih terus-menerus memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sehingga demand belum sepenuhnya pulih.

“Investor dalam negeri pun perlu memikirkan proyeksi normalisasi ekonomi di tingkat nasional dan tempat usahanya juga terhadap kinerja pasca investasi agar pengeluaran investasinya tidak sia-sia. Jadi normalisasi ekonomi juga krusial untuk menggenjot kinerja investasi,” kata Shinta.

Meski begitu, Shina menilai umumnya investor dalam negeri lebih confident untuk kembali berinvestasi sejak Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja disahkan pada tahun lalu. Kondisi ini terlihat dari realisasi investasi yang pada kuartal IV-2020 yang didominasi oleh investor dalam negeri.

Baca Juga: Pemerintah akan pungut pajak penjualan pulsa, kartu perdana, juga token listrik

Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal IV-2020 sebesar Rp 103,6 triliun, tumbuh 0,8% year on year (yoy). Bahkan sepanjang tahun lalu, PMDN telah berkontribusi sebanyak 50,1% dari total investasi 2020 sejumlah Rp 826,3 triliun.

Di sisi lain, Shinta mengatakan untuk investor asing memang masih banyak yang belum kembali investasi di Indonesia dengan berbagai faktor. Umumnya karena masalah stabilitas penerimaan jangka panjang, kekhawatiran terhadap kelancaran biaya supply chain yang tinggi di massa pandemi, dan penurunan profitability sepanjang pandemi. 

Hanya, Shinta menganggap hal tersebut wajar, sebab hampir semua perusahaan yang ekspansi ke luar atau multinational companies (MNCs) membiayai investasi di negara baru dengan profit yang didapat saat ini lebih sedikit dibanding dengan era sebelum pandemi. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×