kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.897.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.290   90,00   0,56%
  • IDX 7.863   -35,43   -0,45%
  • KOMPAS100 1.108   -2,58   -0,23%
  • LQ45 815   -5,83   -0,71%
  • ISSI 266   0,14   0,05%
  • IDX30 422   -2,47   -0,58%
  • IDXHIDIV20 487   -0,56   -0,11%
  • IDX80 123   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 129   2,56   2,02%
  • IDXQ30 136   -0,45   -0,33%

Kadin Dorong Penerapan GRC di Sektor Riil, Bukan Hanya Keuangan


Selasa, 19 Agustus 2025 / 19:36 WIB
Kadin Dorong Penerapan GRC di Sektor Riil, Bukan Hanya Keuangan
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Aviliani, berbicara pada Kadin Global & Economic Outlook 2025 di Jakarta, Senin (30/12/2024). Kadin melihat tahun 2025 bakal penuh tantangan dan peluang bagi perekonomian Indonesia. Meski demikian, Kadin optimis bahwa Indonesia mampu menumbuhkan perekonomian lewat kebijakan yang telah disiapkan Pemerintah. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menilai penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan (governance, risk, compliance/GRC) tidak hanya krusial di sektor keuangan, tetapi juga perlu diperkuat di sektor riil.

“Kalau dilihat dari hasil survei, yang terbanyak sudah melakukan GRC adalah sektor keuangan. Tapi untuk sektor riil itu masih need improvement,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Aviliani dalam Risk & Governance Summit (RGS) 2025, Selasa (19/8).

Baca Juga: Retret Kadin, Anindya Soroti Pentingnya Infrastruktur untuk Dongkrak Ekonomi

Aviliani menekankan, penguatan GRC di sektor riil menjadi penting karena 92% perusahaan di Indonesia merupakan bisnis keluarga dengan kontribusi sekitar 25% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun, hanya sebagian kecil yang mampu bertahan lintas generasi.

“Kalau kita lihat, hanya 13% yang bisa terus melanjutkan usaha. Kebanyakan kalau sudah generasi keempat, perusahaannya tidak bisa bertahan dan cenderung dijual,” ujarnya.

Ia menambahkan, tantangan yang dihadapi perusahaan keluarga tidak hanya berasal dari internal seperti perbedaan visi antar anggota, tetapi juga dari eksternal.

Ketidakpastian global dan dinamika ekonomi domestik menuntut perusahaan lebih siap dalam mengelola risiko.

Baca Juga: 230 Pengurus KADIN Ikuti Retreat di Magelang, Dilepas Langsung oleh Presiden Prabowo

Selain itu, kepatuhan disebut sebagai kunci ketahanan usaha. Menurut Aviliani, perusahaan yang taat aturan dan mampu mengantisipasi risiko akan lebih tahan banting meski menghadapi perubahan kebijakan maupun pemerintahan.

“Keuntungannya apa kalau kita melakukan GRC? Perusahaan akan lebih mudah mendapatkan partner investor dan memperoleh dana dengan biaya jauh lebih murah,” tegasnya.

Selanjutnya: Ekspansi ke Jepang, DANA Perluas Jangkauan QRIS Antarnegara

Menarik Dibaca: Hujan Lebat Turun Merata, Ini Peringatan Dini Cuaca Besok (20/8) di Jabodetabek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×