kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Jumlah Pengangguran Terbuka Diprediksi Naik Tahun Ini


Sabtu, 15 Juni 2024 / 14:51 WIB
Jumlah Pengangguran Terbuka Diprediksi Naik Tahun Ini
ILUSTRASI. Pencari kerja antre masuk ke dalam ruangan tempat dilaksanakannya Jakarta Job Fair di Thamrin City, Jakarta, Selasa (28/5/2024). Jakarta Job Fair 2024 menghadirkan 40 perusahaan dengan berbagai lowongan. Berlangsung hanya dua hari dari 28 Mei hingga 29 Mei 2024. Terbuka untuk umum, gratis dan pencari kerja mulai dari lulusan SMA sederajat hingga lulusan perguruan tinggi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/28/05/2024


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2023 adalah sekitar 5,86%, atau sekitar 8,42 juta orang.

Hal tersebut dikemukakan oleh Ekonom Permata Bank Josua Pardede. Dia bilang, ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan tertekan sehingga terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Baca Juga: Pengusaha Tekstil Keluhkan Pakaian Impor Banjiri Pasar Indonesia, Akar Dari PHK

Pertama, kondisi global dimana tren perlambatan ekonomi global dan suku bunga yang tinggi pada akhirnya mendorong penurunan permintaan produk ekspor.

"Jadi, sektor dan industri yang bergantung cukup besar pada permintaan eksternal, cenderung akan mengalami penurunan kinerja," ungkap Josua kepada Kontan, Sabtu (15/6). 

Lalu, dia menambahkan, harga bahan baku yang meningkat, biaya energi yang naik, dan biaya logistik yang tinggi mengurangi margin keuntungan pengusaha dan diperparah pergeseran pola konsumsi masyarakat pasca-pandemi menyebabkan beberapa sektor mengalami penurunan permintaan yang signifikan.

Imbasnya, berpotensi akan mempengaruhi produktivitas produksi dan efisiensi Perusahaan. Lebih lanjut, ketidakpastian dan kondisi ekonomi yang sulit dapat membuat investor ragu untuk menanamkan modal pengusaha.

Baca Juga: Badai PHK Kembali Menerjang

Josua mengingatkan, tak hanya menyasar pelaku industri, dampak PHK juga akan dirasakan oleh pemerintah.

Sebab, bertambahnya pengangguran berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, yang dapat mengurangi konsumsi domestik.

Lalu, kata dia, aktivitas ekonomi dan pendapatan perusahaan yang turun berimbas pada penerimaan pajak dari sektor korporasi dan pajak penghasilan individu juga akan menurun.

"Pada akhirnya pemerintah mungkin perlu meningkatkan anggaran belanja terutama untuk program-program sosial, seperti bantuan pengangguran, yang juga akan berpotensi menambah beban fiskal," terangnya. 

Baca Juga: Ini Kata Pengamat Soal PHK Karyawan Tokopedia Usai Merger

Menurutnya, sektor yang paling terdampak PHK ialah industri manufaktur terutama yang terkait dengan ekspor, karena mereka sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global dan biaya produksi. 

Selain itu, perusahaan teknologi dan rintisan juga sama rentan terdampak PHK.

"Industri teknologi dan start-up mengingat banyak perusahaan start-up yang mengalami kesulitan pendanaan, sehingga terpaksa melakukan PHK untuk bertahan," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×