Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kepala Mandiri Institute Destry Damayanti mengkritik kinerja para menteri yang dianggapnya tak mampu mendatangkan minat para investor. Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tak menggairahkan lantaran tak adanya persepsi yang baik terhadap kinerja kabinet.
"Persepsi pasar higly expectation terhadap kabinet ini, apalagi mottonya kerja, kerja, kerja. Jadi yang dilihat, mana realisasinya?" ujar Destry di istana kepresidenan, Senin (29/6).
Investor, lanjut dia, dihadapkan pada realita bahwa selama enam bulan pemerintahan penyerapan anggaran sangat rendah. Sehingga, praktis tidak ada pembangunan yang terlihat di Indonesia.
Atas persoalan itu, sebut Destry, Jokowi mengaku masih ada persoalan yang mengganjal seperti masalah nomenklatur. Namun, dia melihat sebenarnya yang menjadi persoalan adalah kapasitas para menteri Jokowi di bidang ekonomi.
"Kita tuh masalahnya nggak ada star power. Jadi satu orang yang bisa meyakinkan market, investor. Punya kredibilitas bagus, dan dia punya kemampuan mengkoordinir pihak-pihak yang terlibat. Sekarang kan kayaknya berjalan sendiri-sendiri, kurang terorganisasi," imbuh Destry.
Destry menjelaskan Presiden mengakui ada masalah di kementerian. Namun, mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak menyebutkan identitasnya. "Beliau juga bilang ada menteri yang tidak menjalankan tugsanya. Tapi kami tidak dalam posisi yang bertanya, siapa," imbuh dia.
Sinyal Presiden Jokowi melakukan reshuffle kian menguat dengan adanya dua pertemuan tertutup yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta itu hari ini.
Pertama, Jokowi bertemu dengan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Buya Syafii mengakui Jokowi berkonsultasi dengannya soal perombakan kabinet.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, pun menyebutkan Presiden mengeluhkan sulitnya mencari orang yang tepat untuk mendorong perekonomian Tanah Air. Para pengamat sempat mengusulkan nama mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indirawati yang kini menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News