kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi: Industri otomotif harus siap hadapi dampak perang dagang


Kamis, 02 Agustus 2018 / 18:13 WIB
Jokowi: Industri otomotif harus siap hadapi dampak perang dagang
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo membuka pameran otomotif GIIAS 2018


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TANGERANG. Industri otomotif dalam negeri saat ini sedang menghadapi tiga tantangan yang perlu dicermati bersama. Hal itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo saat saat menghadiri pameran mobil Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) di ICE BSD, Tangerang.

Adapun tantangan pertama yakni terkait semakin meluasnya fenomena mobil listrik. Di mana, saat ini negara-negara lain seperti Prancis dan Inggris sudah mengumumkan di 2040 sudah tidak ada mobil non listrik yang dijual.

Bahkan di China juga sudah mengumumkan agar bisa menjadi yang terdepan di dunia untuk mengembangkan mobil listrik. "Dan sekarang (China) sudah menjadi pasar terbesar di dunia untuk mobil listrik," katanya, Kamis (2/8).

Kedua, soal teknologi-teknologi desrupsi seperti kendaraan otonom yang bisa mengendarai sendiri dan hadirinya aplikasi transportasi online seperti Gojek, Grab, dan Uber.

Hal yang ketiga adalah, risiko jangka pendek yang harus diwaspadai. Siklus otomotif yang mungkin sudah mulai memuncak terutama pasar-pasar besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China. "Harus lihat, kita mengerti bahwa industri otomotif ada siklusnya dan siklusnya sangat peka terhadap siklus ekonomi yang ada," tambah Presiden.

Menurutnya, banyak peneliti yang bilang penjualan mobil di AS ini sudah dalam titik jenuh. "Sudah mentok susah tinggi lagi bahkan akan menurun beberapa tahun lagi," lanjut dia.

Sementara di China, karena ekonominya masuk tren perlambatan sudah mulai terjadi akibat perang dagang dengan AS.

Sehingga, Presiden menegaskan kita harus siap menghadapi siklus ini kalau industri otomotif mengalami perlambatan. Meskipun demikian, Indonesia masih harus tetap optimistis kalau saat ini kita merupakan pasar besar.

"Saya selalu sampaikan kepada industri otomotif agar terus didorong ke pasar-pasar ekspor," ujarnya.

Apalagi peran industri otomotif sangat besar dengan posisi nomor dua industri pengolahan dan masuk lima besar sumber investasi di sektor industri.

Pemerintah pun juga menyatakan siap untuk membantu industri otomotif. Seperti halnya dalam insentif tax holiday yang jauh lebih agresif, tax allowance dan bahkan yang saat ini masih dalam kajian adalah super deduction.

Khusus untuk super deduction pajak dimana nantinya biaya perusahaan untuk kegiatan-kegiatan seperti vokasi sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga industri otomotif bisa dikenakan pemotongan 200% dari penghasilan kena pajak. "Gede sekali, tapi ini masih dalam kajian di menteri keuangan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×