Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Presiden Joko Widodo mengatakan, naiknya harga beras yang terjadi beberapa waktu lalu disebabkan karena adanya desakan agar pemerintah melakukan kebijakan impor dari negara lain.
Menurut dia, impor beras merupakan solusi jangka pendek. "Memang, kalau kita impor harga beras langsung jatuh, gampang banget. Mau kebijakan mudah ya gampang saja," kata Jokowi di hadapan ribuan relawan pendukungnya saat kegiatan Jambore Komunitas Juang Relawan Jokowi di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (16/5/2015).
Jokowi mengatakan, berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, jumlah produksi beras nasional masih cukup aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga dalam waktu dekat pemerintah tak perlu melakukan impor tersebut.
Ia menambahkan, jika impor direalisasikan maka yang akan merasa keberatan adalah petani. Mereka terancam merugi karena harga gabah dan beras lokal akan turun.
"Kalau impor beras maka harganya akan menjadi Rp 4.000 per kilogram. Tapi, petani mau makan apa nanti? Bayangkan saja kalau kebijakan kita impor beras, petani semua akan seperti apa?" ujarnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelumnya mengatakan, dari hasil kunjungannya ke berbagai daerah ditemukan harga gabah senilai Rp 3.000 hingga Rp 3.400 per kilogram, sementara harga beras dari petani Rp 6.000 hingga Rp 7.200 per kilogram. Adapun harga beras di pasar sudah mencapai Rp 7.500 hingga Rp 10.500 per kilogram.
Lebih jauh, Jokowi menuturkan, sejumlah kebijakan ekonomi yang ia susun bersama kabinetnya memang memberikan dampak besar terhadap pengurangan kesejahteraan masyarakat dalam waktu dekat. Namun, ia optimistis, bahwa kebijakan itu nantinya akan berdampak positif ke depan.
"Memang berat mengubah dari sesuatu yang nyaman menjadi tidak nyaman. Tapi ke depan kebijakan ini akan membuat masyarakat lebih produktif. Butuh kekuatan menderita untuk mencapai itu," kata dia. (Dani Prabowo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News