Reporter: Herlina KD, Oginawa R Prayogo, Roy Franedya | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Defisit transaksi berjalan yang terus melebar bakal menjadi ancaman baru bagi ekonomi Indonesia. Bank Indonesia (BI) mengingatkan, lonjakan defisit transaksi berjalan bisa berpotensi membuat ekonomi justru kepanasan (overheating).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menuturkan meski saat ini belum terjadi overheating, tapi jika defisit transaksi berjalan terlalu tinggi akan mengakibatkan pemburukan kurs rupiah, sehingga berpotensi membuat ekonomi kepanasan. Makanya, "Kita ingin mewanti-wanti semua pihak jangan sampai kejadian," ujarnya Rabu (15/8).
Seperti diketahui, dalam paruh pertama tahun ini terjadi pelebaran defisit transaksi berjalan. Pada kuartal I 2012 BI mencatat defisit transaksi berjalan sebesar US$ 3,2 miliar (1,5% dari PDB). Pada kuartal II 2012 defisit transaksi berjalan melebar menjadi US$ 6,9 miliar (3,1% dari PDB). Imbasnya, defisit neraca pembayaran Indonesia juga melebar dari US$ 1 miliar pada kuartal I 2012 menjadi US$ 2,8 miliar pada kuartal II 2012.
Darmin menuturkan, sebenarnya BI telah mendeteksi gejala pelebaran defisit transaksi berjalan sejak enam bulan yang lalu. Makanya, pada Maret 2012 BI mengeluarkan kebijakan yang mengatur besaran Loan to Value (LTV) untuk kredit konsumsi seperti kredit kepemilikan rumah dan uang muka kredit kendaraan bermotor. Kebijakan ini berlaku efektif sejak Juni 2012.
Menurutnya, kebijakan ini dilakukan untuk bisa mengerem pertumbuhan kredit konsumsi. Sebab, Darmin bilang dalam kondisi saat ini tidak mungkin menghambat pertumbuhan kredit yang produktif. "Yang akan dikurangi ya (kredit) konsumsi," katanya.
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menuturkan pemerintah mewaspadai pelebaran defisit transaksi berjalan. Ia mengakui, di satu sisi pemerintah ingin mendorong konsumsi masyarakat dan investasi sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.
Tapi, di sisi lain laju impor yang terlalu tinggi menyebabkan defisit transaksi berjalan semakin melebar. "Harus diperbaiki ke depan pemanfaatan impor besar itu untuk mendorong investasi yang tidak melulu melakukan pola proses produksi," ungkap Mahendra.
Menurutnya, defisit transaksi berjalan ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Di satu sisi, ada kesempatan atau peluang bagi Indonesia untuk mengubah dan memperdalam struktur industri sehingga ke depan tak ada lagi ketergantungan pada bahan baku impor. Tapi, di sisi lain pemerintah harus terus waspada agar defisit transaksi berjalan tak semakin melebar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News