kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika rasio utang mencapai level ini, pemerintah perlu waspada


Selasa, 31 Agustus 2021 / 16:29 WIB
Jika rasio utang mencapai level ini, pemerintah perlu waspada
ILUSTRASI. Petugas menata tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Jika rasio utang mencapai level ini, pemerintah perlu waspada.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy memproyeksikan, rasio utang pemerintah sampai dengan akhir tahun 2021 masih akan berada di kisaran 30% sampai 39%  terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Kebutuhan pembiayaan utang saya kira tidak melebar jauh dibandingkan proyeksi pemerintah atau berada dalam kisaran Rp 1.117 triliun, sementara belanja diperkirakan proyeksinya akan jauh lebih baik,” kaya Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (31/8).

Menurutnya, dengan adanya potensi shortfall penerimaan pajak, maka defisit anggaran sedikit melebar dari target pemerintah. Akan tetapi, rasio utang akan terbantu dengan potensi peningkatan angka PDB di akhir tahun nanti, seiring dengan pelonggaran restriksi yang akan dilakukan pemerintah.

Namun, jika rasio utang mencapai 40% di akhir tahun nanti, Yusuf mengatakan hal berada di level waspada.

Baca Juga: Posisi utang naik, ini 4 jurus yang dilakukan pemerintah menjaga target risiko

“Betul bahwa rasio utang pemerintah 40% masih relatif di bawah angka yang diperbolehkan dalam Undang-Undang Keuangan negara yaitu 60%, namun demikian perlu diingat juga bahwa saat ini, perdebatan rasio utang yang aman di negara berkembang saat ini juga masih berkembang, angka 40% sampai 45% dianggap lebih merepresentasikan kemampuan dari negara berkembang,” jelasnya.

Terlepas dari rasio utang, Yusuf mendorong pemerintah perlu memastikan bahwa utang pemerintah tidak akan membebani frame work kebijakan fiskal dalam jangka waktu menengah-panjang.

Untuk memastikan hal ini, program burden sharing dengan Bank Indonesia menjadi esensial untuk terus dilanjutkan. Sebab dapat mendorong lebih banyak kepemilikan domestik yang lebih tinggi dan penggunaan proporsi mata utang rupiah, juga penting dalam menjaga dinamika level utang berada pada level aman. 

Selanjutnya: Utang pemerintah naik menjadi Rp 6.570,17 triliun per akhir Juli 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×