kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.921   9,00   0,06%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Jelang pengumuman BPS, IHK diperkirakan kembali mencatat inflasi


Senin, 01 November 2021 / 08:49 WIB
Jelang pengumuman BPS, IHK diperkirakan kembali mencatat inflasi
ILUSTRASI. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi November pada Senin (1/11).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur memerinci, penyumbang utama inflasi Oktober 2021 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,07% mom dan minyak goreng sebesar 0,04% mom.

Kemudian disusul dengan rokok kretek filter sebesar 0,02% mom, serta cabai rawit, daging ayam ras, dan angkutan udara yang masing-masing mencatat inflasi 0,01% mom.

Sementara itu, masih ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi), antara lain telur ayam ras dan tomat yang masing-masing turun 0,03% mom, serta bawang merah, bayam, kangkung, sawi hijau, dan emas perhiasan yang masing-masing turun 0,01% mom.

Dengan perkembangan tersebut, beberapa ekonom memperkirakan inflasi di akhir tahun tetap rendah. Bahkan, ada yang pesimistis inflasi akan masuk ke kisaran sasaran BI yang sebesar 2% yoy - 4% yoy.

Seperti contohnya ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana yang melihat infasli di akhir tahun hanya berada di kisaran 1,63% yoy. Senada, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi berada di kisaran 1,8% yoy hingga 1,9% yoy.

Meski begitu, Faisal sudah melihat ada potensi peningkatan inflasi dari sisi permintaan, seiring dengan melandainya tekanan pada kuartal IV-2021 dan mendorong pemulihan ekonomi.

Tak hanya itu, Indonesia juga diimbau tak terlalu terlena dengan tingkat inflasi yang rendah. Pasalnya, masih ada potensi tekanan dari persediaan seiring dengan inflasi Indeks Harga Produsen dan Wholesale Price Index (WPI) yang sudah ada di atas inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).

“Hal ini didorong masih tingginya harga komoditas selama krisis energi global,” ujar Faisal.

Berbeda dengan Faisal dan Wisnu, kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual masih optimistis akan berada di kisaran sasaran BI, meski di batas bawah, yaitu sebesar 2% yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×