Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami penurunan harga (deflasi) di September 2021, Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan berbalik mencetak peningkatan harga (inflasi) pada Oktober 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2021 pada hari ini, 1 November 2021 pukul 11.00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh Kontan.co.id, menunjukkan median perkiraan tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Oktober 2021 berada di kisaran 0,10% secara bulanan (mom) dan secara tahunan di kisaran 1,65% yoy.
Berikut perkiraan inflasi dari beberapa institusi yang berhasil dihimpun:
MoM (%) | YoY (%) | |
Danareksa Research Institute | 0,09 | 1,65 |
Bank Danamon | 0,09 | 1,63 |
Bank Indonesia | 0,10 | 1,64 |
Bank Permata | 0,10 | 1,64 |
Bank Mandiri | 0,12 | 1,66 |
BCA | 0,13 | 1,67 |
BSI | 0,52 | 2,06 |
Bila ini sejalan, maka ada percepatan laju inflasi IHK, setelah pada bulan September 2021 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,4% mom atau inflasi tahunan di level 1,6% yoy.
Bank Indonesia (BI) sendiri melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) minggu IV Oktober 2021 melihat adanya inflasi sebesar 0,10% mom atau secara tahunan sebesar 1,64% yoy.
Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur memerinci, penyumbang utama inflasi Oktober 2021 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,07% mom dan minyak goreng sebesar 0,04% mom.
Kemudian disusul dengan rokok kretek filter sebesar 0,02% mom, serta cabai rawit, daging ayam ras, dan angkutan udara yang masing-masing mencatat inflasi 0,01% mom.
Sementara itu, masih ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi), antara lain telur ayam ras dan tomat yang masing-masing turun 0,03% mom, serta bawang merah, bayam, kangkung, sawi hijau, dan emas perhiasan yang masing-masing turun 0,01% mom.
Dengan perkembangan tersebut, beberapa ekonom memperkirakan inflasi di akhir tahun tetap rendah. Bahkan, ada yang pesimistis inflasi akan masuk ke kisaran sasaran BI yang sebesar 2% yoy - 4% yoy.
Seperti contohnya ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana yang melihat infasli di akhir tahun hanya berada di kisaran 1,63% yoy. Senada, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi berada di kisaran 1,8% yoy hingga 1,9% yoy.
Meski begitu, Faisal sudah melihat ada potensi peningkatan inflasi dari sisi permintaan, seiring dengan melandainya tekanan pada kuartal IV-2021 dan mendorong pemulihan ekonomi.
Tak hanya itu, Indonesia juga diimbau tak terlalu terlena dengan tingkat inflasi yang rendah. Pasalnya, masih ada potensi tekanan dari persediaan seiring dengan inflasi Indeks Harga Produsen dan Wholesale Price Index (WPI) yang sudah ada di atas inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK).
“Hal ini didorong masih tingginya harga komoditas selama krisis energi global,” ujar Faisal.
Berbeda dengan Faisal dan Wisnu, kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual masih optimistis akan berada di kisaran sasaran BI, meski di batas bawah, yaitu sebesar 2% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News