Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Fahriyadi .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anjloknya harga daging ayam ras di pasaran memukul peternak ayam rakyat skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pasalnya, harga jual ayam hidup (livebird) dari biasanya Rp 18.000 per ekor anjlok jadi Rp 12.500 per kilogram (kg).
Padahal tepat sebulan lalu, harga livebird di tingkat peternak mandiri ini masih Rp 21.000 - Rp 22.000 per ekor.
Penurunan harga livebird secara signifikan ini langsung mendapatkan respon dari Kementerian Pertanian (Kemtan). Kemtan saat ini tengah berupaya menstabilkan harga ayam agar ada keseimbangan harga di tingkat peternak dan konsumen.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan I Ketut Diarmita mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan Kemtan mengatasi hal ini. Pertama, mengimbau perusahaan perunggasan skala besar untuk menyerap ayam hidup (livebird) di tingkat peternak UMKM.
Menurut Ketut, saat ini sudah ada 22 perusahaan perunggasan yang berkomitmen menyerap livebird dari peternak UMKM dengan target 4,11 juta ekor. Adapun, realisasi pembelian livebird sejak 21 April-21 Mei sebanyak 928.833 ekor atau 22,55% dari total livebird milik UMKM.
"Penyerapan livebird tersebut telah terbukti mampu memberikan pengaruh terhadap perbaikan harga livebird," kata Ketut, Selasa (28/7).
Atas penyerapan livebird tersebut, harga livebird di tingkat peternak mengalami kenaikan pada Mei 2020.
Kedua, mengendalikan produksi day old chicken (DOC) final stock (FS) agar menyesuaikan dengan kebutuhan. Berdasarkan data Setting Hatching Record (SHR), produksi DOC bulan Juni sebanyak 186.082.424 ekor dan berpotensi menjadi daging ayam pada Juli sebanyak 205.178 ton. Kebutuhan daging ayam ras bulan Juli 2020 sebanyak 162.465 ton, dengan begitu diperkirakan akan terjadi surplus sebanyak 42.713 ton atau 26,29%.
Tiga tahapan
Sementara itu, Kemtan juga memiliki tiga tahapan untuk menstabilkan perunggasan nasional, yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kemtan Sugiono menerangkan, untuk langkah jangka pendek, maka data SHR akan dioptimalkan sebagai acuan data pasokan dan permintaan aktual setiap minggu. Dengan begitu, ada tindakan antisipatif berupa pengendalian produksi FS melalui afkir dini PS dapat dilakukan secara cepat.
"Penyerapan livebird dari peternak UMKM oleh mitra perusahaan perunggasan dan penugasan BUMN juga akan ada, saat terjadi supply berlebih dan harga livebird di bawah HPP (harga pokok produksi di tingkat peternak)," kata Sugiono.
Saat ini, harga ayam di tingkat peternak lebih rendah dibandingkan harga acuan. Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, harga saat ini berkisar Rp 16.500 per kg.
Harga ini mengalami kenaikan sejak 23 Juli, saat itu harga ayam di tingkat peternak hanya sekitar Rp 12.500 -Rp 13.000 per kg. Kenaikan ini diakibatkan adanya imbauan agar harga naik dan dialog antara peternak dan pemerintah untuk mencari solusi.
Meskipun ada kenaikan harga, saat ini harga masih di bawah harga pokok produksi pada tingkat peternak. Menurut peternak, biaya produksi saat ini bisa mencapai sekitar Rp 18.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News