Reporter: Fahriyadi | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali menggelar Public Hearing alias uji publik untuk meminta masukan publik terkait rencana pembangunan proyek monorel.
Dalam acara yang berlangsung lebih dari tiga jam ini, PT Jakarta Monorail (PT JM) memaparkan semua hal tentang kelanjutan proyek monorel yang sempat terhenti pada 2007 silam.
Bovanantoo, Juru Bicara PT Jakarta Monorail memaparkan bahwa setidaknya mereka membutuhkan investasi USD 750 juta atau sekitar Rp 6,9 triliun untuk membangun monorel di Jakarta. Menurutnya investasi ini 70% akan dibiayai melalui pinjaman bank sedangkan 30% melalui modal perusahaan.
"Sebagai sebuah angkutan massal, monorel sudah diakui cukup efektif," ujar Bovanantoo dalam paparannya di Balai kota, Selasa (12/2). Dengan membangun dua jalur yakni Green Line dan Blue Line, PT JM mengestimasikan bisa mengangkut 250.000-800.000 penumpang per harinya.
Bovanantoo menambahkan karena daya angkut yang besar ini membuat monorel tak kalah dengan Mass Rapid Transit (MRT). Dengan perkiraan mengangkut jumlah penumpang yang besar ini, menurut Bovanantoo, PT JM merasa perlu untuk membuat kereta dengan ukuran yang lebih besar.
"Makanya kami memilih produk kereta Chongqing ukuran Large yang bisa mengangkut 800.000 penumpang per hari. Kereta ini paling memungkinkan. Sedangkan, kereta lainnya seperti Hitachi, Schumi, dan Bukaka masih harus dikaji lagi," katanya.
Selain soal kereta, ia bilang kajian soal keuangan juga sudah layak. Menurutnya dengan sangat dibutuhkannya transportasi massal ini, banyak investor yang menyatakan ketertarikannya bergabung dalam proyek ini. Hal itu sudah dibuktikannya dengan berhasil menggaet Ortus Group sebagai pemegang saham mayoritas. "Perhitungan kami investor bisa meraih keuntungan 20%," katanya.
Untuk konstruksi PT JM sudah membagi beberapa zona. Menurutnya kajian dan dokumen teknis konstruksi sudah selesai dan bisa dilakukan beauty contest untuk melakukan konstruksi, pengadaan kereta beserta sinyalnya. "Setelah selesai, seluruh sistem ini harus direview lagi. Kami akan menyewa tim independen dari Jerman untuk menilai kelayakan semuanya nanti," katanya.
Soal tarif, Bovanantoo bilang ketika tahun 2006 lalu PT JM ingin agar tarif Monorel ini dibuat berdasarkan jarak. Namun tampaknya hal itu urung diterapkan pada proyek kali ini. Nantinya monorel ini bakal bertarif Rp 9.000 untuk satu kali jalan. Kendati begitu, ia tak menampik jika ada analis untuk menaikkan tarif tiket sesuai inflasi yang berkembang pada saat itu.
Menanggapi paparan PT JM itu, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan mengatakan paparan PT JM belum bisa meyakinkan tentang kelangsungan proyek monorel, baik Green Line maupun Blue Line. Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas mengatakan bahwa dari awal kedua jalur ini tidak layak untuk mengatasi kemacetan di DKI Jakarta.
Namun, ia bilang setelah mencermati perkembangan DKI Jakarta saat ini, ia bilang cukup satu koridor saja yang dibangun, yakni Green Line."Green Line Monorel bisa menjadi angkutan wisata dan belanja, serta efektif untuk jalur makan siang," tegasnya.
Ia pun mengkritik kajian dari PT JM yang mengatakan bisa mengangkut 750.000 penumpang per hari. Menurutnya angka ini terlalu optimistis dan rasanya mimpi untuk bisa terwujud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News