Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari 2019, realisasi belanja pemerintah pusat tumbuh positif. Belanja pemerintah pusat mencapai Rp 76,13 triliun atau tumbuh 17,8% dibandingkan periode sama di tahun 2018.
Pertumbuhan belanja pemerintah pusat didorong belanja kementerian dan lembaga (K/L) yang tumbuh 58,5% yoy menjadi Rp 31,97 triliun. Realisasi tersebut setara 3,74% dari pagu yang sebesar Rp 855,45 triliun.
Menurut jenis belanjanya, serapan pada belanja bantuan sosial dan belanja modal menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan kinerja belanja K/L secara keseluruhan di Januari 2019. Belanja bantuan sosial mencapai Rp 15,13 triliun atau tumbuh 182,9% yoy, sementara belanja modal tumbuh 60,32% yoy mencapai Rp 1,65 triliun.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pemerintah mesti konsisten menjaga kinerja belanja, terutama belanja produktif seperti belanja modal untuk dapat menjaga bahkan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun ini.
"Soalnya, selama ini pemerintah masih sulit menyerap belanja modal secara maksimal padaahal belanja modal punya efek ganda (multiplier effect) yang lebih besar ke sektor riil ketimbang belanja pegawai atau belanja barang," ujar Josua, Minggu (24/2).
Sepanjang tahun lalu, realisasi belanja pemerintah hanya mencapai 90,67% dari target. Tahun 2017 dan 2016 serapan belanja modal pemerintah masing-masing 92,8% dan 82% dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun tersebut.
Sementara, besarnya belanja bantuan sosial yang tampak di awal tahun ini menurut Josua, cenderung sama seperti tahun-tahun sebelumnya. "Di mana belanja bansos menjadi faktor dominan yang mendorong konsumsi rumah tangga dan kemudian menjadi driver pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Dengan begitu, Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal-I 2019 masih dapat bertahan di atas 5,1% dengan konsumsi rumah tangga masih sebagai mesin pendorong utamanya. Sementara, laju investasi akan relatif stagnan di tengah kondisi wait and see jelang perhelatan pemilihan umum pada April mendatang.
"Kita harapkan belanja bukan hanya tumbuh lebih tinggi, tapi juga lebih produktif. Butuh konsistensi dan persistensi dari pemerintah supaya belanja ini punya efek berganda yang tinggi ke perekonomian," tandas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News