Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyetop impor jagung untuk mengantisipasi anjloknya harga jagung di tingkat petani pada musim panen raya.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan panen raya jagung diprediksi pada April mendatang. Untuk itu, pemerintah saat ini mulai menyiapkan strategi untuk maksimalkan penyerapan jagung dari hasil penen para petani.
"Concern kita mengutamakan produk dalam negeri, sehingga saat menjelang panen pemerintah menghentikan importasi jagung untuk pakan," jelas Arief, dalam keteranganya, Sabtu (16/3).
Baca Juga: Aturan Pengetatan Impor Bisa Dorong Penggunaan Produk dalam Negeri
Seperti diketahui, pada akhir 2023 Perum Bulog mengimpor jagung pakan untuk membantu kebutuhan para peternak yang saat itu kesulitan mendapatkan bahan baku pakan.
Kebijakan impor jagung ini dilakukan pemerintah guna menstabilkan pasokan pakan peternak mandiri yang sempat mengalami gejolak harga mencapai Rp 8.000/kg.
Menurut Arief, pakan merupakan salah satu unsur pembentuk harga yang signifikan, yang mempengaruhi harga daging ayam dan telur ayam di tingkat hilir.
Dengan menghentikan impor jagung jelang panen raya, pemerintah ingin memastikan bahwa harga jagung di tingkat petani tetap terjaga.
Dia juga menegaskan bahwa keputusan pemerintah untuk menghentikan impor jagung sangat terukur dan mempertimbangkan keseimbangan harga jagung di tingkat petani.
Arief mengatakan bahwa Badan Pangan Nasioal memastikan komitmen Perum Bulog beserta pemangku kepentingan terkait lainnya untuk menyerap jagung hasil produksi dalam negeri.
Baca Juga: Harga di Pasar Global Anjlok, China Borong Impor Komoditas Pakan Ternak
Untuk mempermudah koordinasi penyerapan jagung petani, kata Arief, disepakati dalam waktu dekat Kementerian Pertanian akan menyiapkan data lokasi panen, petani jagung, dan kelompok tani jagung secara by name by address untuk dapat dihubungkan kepada peternak mandiri, feedmill (pabrik pakan), dan non feedmill pada saat panen raya.
“Terlebih ada surplus antara produksi dan konsumsi, sehingga progres positif seperti ini harus dapat kita manfaatkan secara optimal untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga jagung di hulu maupun hilir,” ucap Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News