Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pembengkakan anggaran sudah dapat dipastikan terjadi di tahun 2014 ini. Rupiah yang meleset serta lifting minyak yang turun tentu membuat selisih penerimaan dan pengeluaran pemerintah makin membengkak. Karenanya pada Mei mendatang pemerintah akan mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.
Untuk menjaga defisit tidak melebar jauh pemerintah akan memangkas anggaran belanja. Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan belanja yang akan dipotong adalah belanja yang kurang produktif. "Pasti belanja barang (yang dipotong)," ujar Bambang, Rabu (12/3).
Dalam APBN 2014, belanja barang dipatokRp 201,89 triliun. Belanja barang ini memiliki porsi 16,15% dari total belanja pemerintah pusat yang sebesar Rp 1.249,94 triliun.
Menurut Bambang, pos-pos belanja yang produktif dan mendorong pertumbuhan seperti infrastruktur diupayakan tidak terganggu terlalu banyak. Namun memang pemerintah akan melakukan efisiensi belanja.
Pasalnya dengan pembengkakan anggaran saat ini pemerintah tetap menjaga defisit agar tidak melewati 2,5% dari PDB. Saat ini dalam bujet 2014 defisit anggaran sebesar 1,69% dari PDB atau sebesar Rp 175,35 triliun.
Sekadar mengingatkan, berbagai pergeseran terjadi pada asumsi makro ekonomi Indonesia. Yang paling signifikan bergeser adalah nilai tukar rupiah dan lifting minyak.
Outlook terbaru rupiah yang disampaikan pemerintah adalah 11.500-12.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya dalam pagu adalah sebesar 10.500. Lifting minyak mentah yang sebelumnya dalam pagu APBN sebesar 870 ribu barel per hari (bph) bergeser menjadi 800 bph-830 bph. Pertumbuhan ekonomi pun turun di kisaran 5,8%-6%.
Pergeseran ini tentu membuat beban anggaran khususnya belanja subsidi membengkak. Sedangkan penerimaan negara khususnya di penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas akan merosot akibat lifting minyak turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News