Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah terus berupaya menjaga inflasi agar tetap terkendali untuk mendukung daya beli masyarakat.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan, pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi pada interval sasaran dengan dukungan koordinasi pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
“Pemerintah secara konsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan,” tutur Febrio dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/2).
Baca Juga: Harga Cabai Makin Pedas, Jadi Penyumbang Inflasi Utama Januari 2025
Febrio bilang, antisipasi ini juga dilakukan dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri, sehingga pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi.
Adapun secara tahunan, inflasi pada Januari 2025 tercatat turun menjadi 0,76% year on year (yoy), dari Desember 2024 sebesar 1,57% yoy. Secara bulan ke bulan, terjadi deflasi sebesar 0,76% month to month (mtm).
Deflasi ini terjadi terutama didorong oleh program diskon tarif listrik di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.
Febrio menjelaskan, kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50% kepada sebagian besar pengguna merupakan bagian dari program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi.
“Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” lanjut Febrio.
Baca Juga: Indef: Indikasi Deflasi Januari 2025 Mencerminkan Lemahnya Daya Beli
Berdasarkan komponen, tren penguatan inflasi inti terus berlanjut mencapai 2,36% yoy. Kondisi tersebut lanjutnya, mencerminkan permintaan yang masih tumbuh.
Beberapa kelompok yang meningkat, antara lain, pakaian dan alas kaki, pendidikan, peralatan rumah tangga, perawatan pribadi, dan jasa lainnya.
Selain itu, musim hujan yang masih berlangsung juga mendorong naiknya beberapa harga pangan sehingga menyebabkan peningkatan inflasi harga bergejolak mencapai 3,07% yoy. Beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga antara lain produk unggas, cabai rawit, dan ikan segar.
Di sisi lain, komponen harga diatur pemerintah tercatat mengalami deflasi 6,41% didorong oleh program diskon tarif listrik.
“Normalisasi tarif transportasi pasca libur Nataru, seperti tarif kereta api dan angkutan udara, juga berdampak pada menurunnya inflasi kelompok jasa angkutan penumpang,” tandasnya.
Selanjutnya: Efek Kebijakan Tarif Donald Trump, Mayoritas Nilai Tukar Dunia Jatuh
Menarik Dibaca: Waspada! Minuman Tinggi Gula Bisa Memicu Asam Urat lo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News