Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pemerintah Indonesia enggan menanggapi penolakan Perdana Menteri Australia Tony Abbott untuk tidak mematai-matai Indonesia lagi. Pasalnya, pemerintah Indonesia tidak mau menghabiskan banyak energi dan waktu untuk mengurus persoalan dengan Australia.
Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengatakan pemerintah Indonesia menunggu niat baik dari Australia bila ingin memperbaiki hubungan kedua negara. Namun, bila Australia tidak bisa menangkap keinginan Indonesia, maka pemerintah tetap membekukan hubungan diplomatik dengan negara tetangga tersebut.
"Jadi, kami punya banyak pekerjan lain, bukan hanya mengurus Australia," tutur Julian saat ditanya respon presiden terkait penolakan PM Abbott tidak menyadap Indonesia lagi, di Kompleks Istana Negara, Senin (9/12).
Julian menjelaskan bahwa pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa dengan Menlu Australia Julie Bishop di Jakarta beberapa hari lalu telah dilaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Namun, bila kemudian ada dinamika dan perkembangan lainnya dari pertemuan itu, lanjut Julian, maka Menlu Indonesia akan berkomunikasi lebih lanjut dengan Menlu Autralia.
Namun semua proposal dari pemerintah Indonesia untuk normalisasi hubungan kedua negara telah dijalankan sebagaimana arahan dari SBY. Ada kerjasama strategis, khususnya di bidang keamanan dan information sharing yang dibekukan sementara, termasuk di dalamnya kerjasama intelijen.
Sementara Dubes Indonesia untuk Australia masih tetap belum dikembalikan ke Australia sampai hubungan kedua negara kembali normal kembali. Seperti diketahui, Intelijen Australia menyadap para pemimpin di Indonesia seperti presiden dan Ibu Negara termasuk para pemimpin lembaga negara dan pejabat tinggi lainya. Akibatnya Indonesia berang dan meminta pertanggungjawaban dari negerai Kanguru tersebut.