kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Istana bercerita tantangan besar B20 adalah sosialisasi


Rabu, 19 September 2018 / 22:14 WIB
Istana bercerita tantangan besar B20 adalah sosialisasi
ILUSTRASI. Biodiesel B20, Solar B0, dan Fame


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pihak istana menilai tantangan terbesar penerapan Biodiesel 20% (B20) adalah mindset masyarakat Indonesia yang belum bisa menerima hal baru. Untuk itu pemerintah terus menerus melakukan sosialisasi kepada pihak terkait.

Staf Khusus Presiden di bidang ekonomi Ahmad Erani Yustika menjelaskan, masyarakat di Indonesia dalam mengadopsi hal baru itu tidak mudah.

"Dulu saja, waktu pembayaran tol semuanya menjadi e-tol itu kan masyarakat terdidik sekalipun responnya seperti itu. Dan butuh waktu untuk melakukan sosialisasi," katanya kepada wartawan, Rabu (19/9).

Maka dari itu, pemerintah saat ini gencar memberikan pemahaman kepada pelaku ekonomi yg terlibat langsung dalam B20 ini. Sebab, keuntungan yang didapat dari peraturan akan banyak.

"Seperti pengusaha sawit yang selama ini menjual bahan mentah saja itu ada potensi ada nilai tambahan yang besar. Tapi ini butuh sosialisasi dan itu tidak mudah karena mereka terbiasa menjual produk mentah," tambah Erani.

Sementara itu, masyarakat pengguna seperti kapal harus mendapat jaminan tidak akan ada masalah serius dengan armadanya saat menggunakan B20. "Tantangan itu yang sebetulnya yang relatif mungkin muncul di lapangan dan ingin diantisipasi oleh pemerintah," tuturnya.

Maka dari itu, di tahap awal ini upaya yang terus dilakukan pemerintah adalah komunikasi dan sosialisasi. Erani juga bercerita, beleid ini sebetulnya bukanlah wacana baru bagi pemerintah.

"Sebetulnya isu kenaikan harga minyak mencuat, Presiden menilai kita itu punya sumber daya yang luar biasa untuk bisa memiliki kemandirian migas ini," katanya. Sehingga ke depan, Indonesia tidak hanya bersandar dari migas saja.

Menurut Erani, kata kunci dari kebijakan ini adalah kemandirian energi nasional. Nah, beberapa waktu terkahir ada momentum seperti ini maka, bagi pemerintah ada urgensi untuk memastikan eksekusinya jalan.

"Kalau ini dieksekusi maka akan penurunan kebutuhan impor dan akan memperbaiki neraca perdagangan kita," tutup Erani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×